Superman (2025) sebuah film yang memiliki visi segar, ia tampil cerah, dan seimbang. Namun sayangnya gagal dalam menjadi kisah pahlawan super yang puitis dan menyentuh.
David Corenswet mengenakan jubah pahlawan super berwarna biru-merah dengan penuh percaya diri dan cukup terlihat sentuhan khas James Gunn yang ringan serta menyenangkan. Namun sayangnya, kurangnya sisi emosi humanis pada storycrafting, dan koherensi cerita membuat film terasa tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Film ini menampilkan Superman (David Corenswet) bukan hanya sebagai pelindung Metropolis, melainkan juga figur yang rapuh dan penuh keraguan. Dia bukanlah Dewa, Superman dalam film ini digambarkan sebagai manusia baja idealis yang sedang mencari tempat dan perannya nya di Bumi. Dalam film ini, Superman sejak awal sudah digambarkan sebagai sosok yang dicurigai publik, terutama setelah intervensinya dalam konflik geopolitik antara dua negara fiksi yakni Boravia dan Jarhanpur.
Alih-alih disambut sebagai sosok pahlawan, kehadirannya dipandang sebagai ancaman terhadap kemanusiaan. Ini menjadi sebuah celah yang dimanfaatkan oleh Lex Luthor (Nicholas Hoult), miliuner ambisius yang menguasai media dan opini publik serta berambisi untuk menguasai dunia.
Hal yang sangat disayangkan adalah Luthor versi Gunn ini memiliki kekurangan kedalaman. Ia hanya tampil sebagai seorang sosiopat penuh ambisi yang siap melakukan apapun demi menjatuhkan Superman, bahkan dengan risiko menghancurkan dunia sekalipun. Ia memanfaatkan media, teknologi, bahkan pemerintahan untuk memutar opini publik, menggiring sang manusia baja sebagai ancaman, bukan pahlawan.

Karakterisasi Lex Luthor dalam film ini membuatnya terasa datar dan dangkal, jauh dari kompleksitas seorang ultra-villain yang seharusnya memiliki motivasi kompleks.
Superman sendiri digambarkan hampir menjadi sosok pahlawan yang tulus menolong kemanusiaan seperti dalam versi Richard Donner dan Christopher Reeve, namun masih tetap terasa kurang. Beberapa dialog terasa canggung sehingga berimbas pada kelemahan terbesar yang dimiliki oleh film ini, ialah… emosi.
Kita bisa memahami arah narasi bahwa Superman sedang tersesat dan rapuh, tetapi film tidak berhasil membuat penonton benar-benar merasakan kepedihan atau tekadnya. Secara intelektual kita mengerti, tapi hati tidak ikut tersentuh. Meski demikian, film ini tetap memberi ruang bagi perkembangan dinamika tokoh Clark Kent. Hubungannya dengan Lois Lane (Rachel Brosnahan) menjadi titik emosional penting yang dikemas baik dan personal, terutama saat keduanya berdiskusi soal identitas Superman, idealisme, dan makna mengabdi pada umat manusia yang dikemas dalam adegan wawancara media.
Secara visual, Superman (2025) tampil berani, penuh warna, dan terasa kosmik, suatu pendekatan visual yang memang menjadi kekuatan James Gunn, juga kontras dari tone warna gelap ala Zack Snyder. Keseimbangan antara nuansa colourful dan tone gelap saat dimensional crack, antara drama serius dan humor ringan, cukup terjaga.
Kehadiran Krypto, anjing setia Superman, bahkan memberi lapisan kehangatan yang unik. Namun, seiring menuju akhir, film jatuh pada jebakan umum film blockbuster superhero: ledakan CGI berlebihan, monster raksasa, robot, dan gedung-gedung runtuh.

Ketiadaan emosi dalam storycrafting dan character development tadi membuat film Superman (2025) kehilangan sesuatu yang esensial: magis.
Padahal Gunn cukup jeli menangkap sisi baik hati atau manusiawi dari Superman. Superman menjadi sosok yang mempercayai orang lain, yang melihat kebaikan dalam semua orang, dan justru itu yang membedakannya dari pahlawan super lain.
Superman juga mencoba mengangkat isu-isu kontemporer internasional seperti imigrasi, disinformasi, keserakahan, dan manipulasi media, tapi tidak semuanya dieksplorasi dalam narasi yang utuh. Akhirnya isu-isu kontemporer dalam film ini jadi terasa setengah matang, di satu sisi segar dan penuh energi, di sisi lain kurang rasa dan kehilangan kedalaman.
Film Superman(2025) adalah sebuah reboot yang berani, penuh warna, dan memiliki keseimbangan. Corenswet berhasil memberi wajah baru yang meyakinkan. Namun minimnya emosi, villain yang datar, serta klimaks CGI yang melelahkan membuat film ini bisa dinikmati tapi kurang kena didalam hati. Hasilnya adalah… sebuah tontonan menghibur, segar, tapi tidak monumental.
Our Score (7.5/10)
Judul: Superman
Produksi: DC Studios, Troll Court Entertainment, The Safran Company
Sutradara: James Gunn
Cerita: James Gunn
Sumber: All-Star Superman (2005-2008) oleh Grant Morrison dan Frank Quitely
Pemeran: David Corenswet, Rachel Brosnahan, Nicholas Hoult

