Categories Social

Gugatan Rasial Romeo & Juliet dan Dekolonisasi Tragedi Shakespeare

Pertunjukan drama bertajuk Romeo & Juliet besutan West End menghadapi backlash. Salah satu aktris utama pertunjukan tersebut, Francesca Amewudah-Rivers, pemeran Juliet Capulet, dihujani ujaran kebencian bernada rasis oleh warganet. Warna kulit Francesca yang hitam dianggap tidak cocok bersanding dengan Tom Holland, yang berperan sebagai Romeo Montague.

Ujaran kebencian warganet terhadap Francesca membuat gerah pemeran dan orang-orang di balik pertunjukan drama tersebut. Sebagai contoh, Jamie Lloyd Company, perusahaan di balik pertunjukan drama Romeo & Juliet, mengungkapkan dalam postingan Instagram mereka bahwa segala cacian rasis “harus dihentikan.” Penghinaan dan perundungan, menurut mereka, “tidak mendapat tempat di dunia daring, industri pertunjkan, dan dalam komunitas lain secara lebih luas.”

Pernyataa resmi Jamie Lloyd Company atas isu rasial yang diterima aktris drama Romeo & Juliet, courtesy of Instagram/@romeojulietldn

Bagaimana seharusnya kita melihat adaptasi Romeo & Juliet oleh sutradara Jamie Lloyd ini?

Romeo & Juliet, Tidak Hanya Seputar Romansa yang Luhur

Sebagai sebuah tragedi, kisah Romeo & Juliet telah menjadi salah satu karya klasik Eropa yang terkenal sepanjang masa. Tragedi tersebut digubah oleh William Shakespeare, pujangga kenamaan Inggris pada Era Romantis. Menurut Jay L. Halio dalam buku Romeo and Juliet: A Guide to the Play, tragedi legendaris ini diperkirakan diilhami oleh kisah Pyramus dan Thisbe, dari Metamorphoses karya Ovidius Naso.

William Shakespeare (1564-1616), penulis drama sekaligus pujangga Inggris pencipta tragedi klasik Romeo & Juliet, courtesy of Biography (Bio)

Kisah bermula dengan menggunakan latar tempat kota Verona, Italia. Wilayah yang dipimpin oleh Pangeran Escalus merupakan tempat pertikaian dua keluarga terhormat. Mereka adalah keluarga Capulet dan keluarga Montague. Pertikaian mereka benar-benar meruncing, sampai-sampai kedua keluarga tidak segan untuk saling membunuh jika bertemu.

Konflik dua keluarga tersebut mempertemukan Romeo Montague dengan Juliet Capulet. Berawal dari sebuah acara keluarga, kedua insan saling menatap satu sama lain, menghasilkan cinta pada pandangan pertama.

Disayangkan, hubungan Romeo dan Juliet harus terhalang tembok yang luar biasa tinggi, yakni konflik dua keluarga tak berkesudahan. Ditambah oleh peristiwa terbunuhnya Tybald di tangan Romeo, memaksa hubungan asmara pasangan kekasih ini semakin terpisahkan.

The Reconciliation of the Montagues and the Capulets over the Dead Bodies of Romeo and Juliet (1850-an) karya Frederic Leighton, courtesy of Wikimedia Commons

Dengan siasat Pendeta Laurence, Romeo dan Juliet kembali dipertemukan. Namun, karena adanya salah persepsi, pasangan Romeo dan Juliet harus meregang nyawa di pusara Juliet. Mereka telah tiada, tetapi cinta mereka yang abadi akhirnya mempersatukan keluarga Capulet dan keluarga Montague untuk selamanya.

Cinta pasangan Romeo Montague dan Juliet Capulet tidak hanya soal kisah romansa yang terpisahkan tembok penghalang konflik dua keluarga terhormat. Ia juga menggambarkan bagaimana kisah cinta tersebut masuk menembus batas-batas penghalang tersebut, menyatukan kembali keluarga Capulet dan keluarga Montague dalam suatu hubungan yang harmonis.

Ketika Romeo & Juliet Terdekolonisasi: Kasus India

Sebagai sebuah tragedi lintas zaman, Romeo & Juliet dimaknai kembali sesuai dengan kondisi sosio-kultural masyarakat yang menikmati cerita tersebut. Salah satu negara yang aktif mengemas ulang tragedi ini adalah India.

Adegan pementasan drama Othello karya William Shakespeare di Star Theater, India, courtesy of The Statesman

Sebagai bekas wilayah koloni Inggris, berbagai drama William Shakespeare diperkenalkan oleh penjajah Inggris kepada masyarakat India terdidik. Mengutip artikel Poonam Trivedi berjudul Shakespeare and India, kisah-kisah gubahan Shakespeare pada mulanya diperkenalkan untuk para ekspatriat. Lambat laun, Shakespeare menjadi sebuah soft power dalam melakukan propaganda di India.

Mengutip Rosa M García-Periago dalam artikel The re-birth of Shakespeare in India: celebrating and Indianizing the Bard in 1964, sosok Shakespeare mengalami dekolonisasi. Sejak 1964, melalui pertunjukan teater Romeo and Juliet dan Julius Caesar pada 1964, sutradara Utpal Dutt memperkenalkan kembali sosok Shakespeare, terpisah dari ikatannya dengan masa kolonial Inggris.

Kisah Romeo & Juliet, oleh masyarakat India, tidak lagi bercerita mengenai dua keluarga di Verona, Italia. Oleh mereka, kisah tersebut dikemas dengan latar belakang kehidupan masyarakat India. Sebagai contoh, dalam Goliyon Ki Raleela Ram Leela (2013), sosok Romeo dan Juliet digantikan dengan Ram dan Leela. Ram digambarkan berasal dari keluarga kaya dan berkuasa, sementara Leela berasal dari keluarga miskin tanpa kuasa.

Adegan menari dan menyanyi a la Bollywood dalam Goliyon Ki Rasleela Ram-Leela, courtesy of Dichotomy of Irony

Meski kedua keluarga, yang merupakan dua klan berbeda, mendapat pendekatan berbeda, mereka tetap digambarkan saling bermusuhan. Permusuhan tersebut tidak menjadi penghalang terjalinnya cinta Ram dan Leela. Kisah cinta mereka tetap abadi, meski pada akhirnya kedua pasangan memutuskan untuk mengakhiri hidup satu sama lain.

Dalam adaptasi Romeo & Juliet versi Bollywood ini, berbagai kebudayaan India ditambahkan sebagai faktor penting dalam proses dekolonisasi tragedi Shakespeare. Seperti yang ditulis Suci Maharani R dalam situs Showpoiler, adanya setting perayaan Holi serta berbagai pendekatan dan efek khas industri film India, menegaskan bahwa Goliyon Ki Raleela Ram Leela tidak hanya mengadaptasi Shakespeare. Ia juga melepaskannya dari pengaruh misi memperadabkan melalui budaya Barat yang dibawa pemerintah kolonial Inggris.

Sebagai Adaptasi Isu Modern

Jika Romeo & Juliet telah mengalami dekolonisasi sesuai dengan kondisi sosio-kultural masyarakat tempat tragedi tersebut hidup, mengapa adaptasi oleh sutradara Jamie Lloyd digugat? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat isu apa yang ingin disajikan seorang Jamie Lloyd.

Isu utama yang menjadi fokus dalam Romeo & Juliet versi Jamie Lloyd adalah konflik rasial. Adaptasi yang dilakukan Jamie Lloyd membawa Romeo & Juliet ke Verona abad ke-21.

Foto pertama Tom Holland sebagai Romeo Montague dalam pementasan drama Romeo & Juliet, courtesy of Reddit

Dengan setting Verona abad ke-21, membuat Jamie Lloyd menyesuaikan pakaian para pemeran. Romeo dan Juliet tidak menggunakan pakaian a la bangsawan Italia. Dalam pementasan ini, mereka menggunakan pakaian sehari-hari, dengan hoodie hitam dan celana panjang.

Dalam setting Verona abad ke-21, konflik keluarga Capulet dan keluarga Montague tidak hanya soal konflik keluarga terhormat. Ia juga digambarkan sebagai konflik kebudayaan, antara keluarga Montague yang berkulit putih dan keluarga Capulet yang berkulit berwarna. Mereka hidup dalam dunia budaya yang berbeda, yang sulit untuk dipertemukan.

Sosok Juliet Capulet, yang digambarkan sebagai wanita kulit berwarna, tidak digambarkan sebagai karakter yang lemah. Sebagai wanita kulit berwarna, Juliet digambarkan sebagai sosok yang tangguh dan memiliki determinasi yang jelas.

Percintaan Romeo dan Juliet merupakan penggambaran pertemuan dua kebudayaan dalam masyarakat Barat. Seperti yang ditulis Tresure Lott dalam situs Glitter Magazine, percintaan Tom Holland dan Francesca Amewudah-Rivers tidak hanya tampil sebagai hubungan antarras yang dihalangi kebudayaan, tetapi juga sebagai sesuatu yang terlarang pada masa silam.

Francesca Amewudah-Rivers saat bermain peran dalam pementasan drama Romeo & Juliet, courtesy of The Guardian

Namun, isu pernikahan antarras sudah begitu relevan dewasa ini. Menurut Erica Pandey dalam artikel The rise of interracial marriage—and its approval rating, tingkat approval terhadap pernikahan antarras di Amerika Serikat meningkat hingga 94% sejak 1960 hingga 2020. Beberapa alasan, seperti kondisi demografi Amerika Serikat yang semakin heterogen, serta banyaknya generasi muda yang lebih terdidik dibandingkan generasi sebelumnya, mendorong tumbuhnya penerimaan terhadap pernikahan antarras.

Melihat kondisi tersebut, isu konflik rasial yang diangkat oleh Jamie Lloyd merupakan sebuah wujud soft power, suara propaganda bagi masyarakat Barat. Romeo & Juliet menjadi media untuk menyampaikan isu rasial dalam bentuk pertunjukan teater. Kondisi ini bertentangan dengan apa yang dilakukan India, yang mencoba melakukan dekolonisasi terhadap Shakespeare.

Pada akhirnya, Romeo & Juliet adalah sebuah karya masyhur lintas zaman, yang tak luput dari proses adaptasi. Di India, tragedi Shakespeare tersebut terdekolonisasi, melepaskannya dari unsur kebudayaan Inggris masa kolonial. Setting, plot, hingga penokohan dikemas dengan corak kebudayaan India.

Namun, di dunia Barat, Romeo & Juliet tidak banyak melakukan pengubahan berarti, selain mengubah setting ke Verona abad XXI dan menyematkan pakaian sehari-hari kepada para pemain. Ketika kisah tragedi Shakespeare tidak lagi menjadi senjata Inggris untuk India, Romeo & Juliet di dunia Barat menjadi senjata bagi Jamie Lloyd untuk mendorong soft power kepada masyarakat Barat.

Written By

Avatar

Lich King (Editor) at Monster Journal.
Mostly writing about social and culture.
Also managing a site and community related to history.
Used to work as a journalist. Now working as a history teacher.

(prima.cahyadi.p@mail.ugm.ac.id)

More From Author

Subscribe
Notify of
guest
3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
frizonline
frizonline
1 month ago

I loved as much as you will receive carried out right here The sketch is attractive your authored material stylish nonetheless you command get got an impatience over that you wish be delivering the following unwell unquestionably come more formerly again since exactly the same nearly a lot often inside case you shield this hike

real estate atlanta
real estate atlanta
12 days ago

Real Estate I appreciate you sharing this blog post. Thanks Again. Cool.

URL Shortener
URL Shortener
5 days ago

Hey, Jack here. I’m hooked on your website’s content – it’s informative, engaging, and always up-to-date. Thanks for setting the bar high!

You May Also Like