Categories Film Review

Gundala, Respected Attempt With Flaws

Terinspirasi dari kesuksesan film superhero dari Marvel Cinematic Universe dan juga DC Extended Universe, kini para jagoan komik lokal juga tak ketinggalan untuk ikut memeriahkan kehadirann tokoh jagoan-jagoan super di dunia perfilman dalam negeri melalui sebuah proyek ambisius bernama Jagad Sinema Bumilangit (Bumilangit Cinematic Universe).

Tokoh Gundala dari komik karangan Hasmi didapuk menjadi pembuka proyek super ambisius ini. Gundala menjadi pembuka dari total 8 film jagoan super yang sudah direncanakan yang akan dibintangi oleh para artis-artis papan atas Indonesia. Menjadi film pembuka berarti harus mampu menjadi fondasi kuat bagi film-film berikutnya, maka dari itu Abimana Aryasatya didapuk sebagai pemeran utama dan dipimpin oleh seorang sutradara yang mengerti benar bagaimana membangun fondasi cerita yang kuat, yakni Joko Anwar (Pengabdi Setan, Janji Joni, A Copy of My Mind).

Sancaka kecil (Muzaki Ramdhan) hidup dalam keluarga yang kekurangan, ayahnya (Rio Dewanto) adalah seorang buruh pabrik dan ibunya (Marissa Anita) tidak bekerja. Ia kemudian ditinggal ayahnya yang meninggal saat demo pabrik berlangsung, kemudian ibunya pergi dari rumah. Sancaka kemudian tinggal dijalanan dan menghadapi hidup yang keras, ia juga bertemu dengan seorang kawan yang bernama Awang yang mengajarinya bela diri.

Singkat cerita, Sancaka (Abimana Aryasatya) kini tumbuh dewasa. Ia bekerja sebagai seorang security dan ia juga adalah orang yang pekerja keras dan mahir bela diri, tapi Sancaka lebih tertarik untuk tidak mempedulikan urusan orang lain.

Suatu hari ia bertemu dengan Wulan (Tara Basro) yang diganggu oleh preman-preman, Sancaka kemudian terpaksa membantu Wulan. Dari sinilah narasi kepahlawanan Gundala dimulai. Ia harus menghadapi Pengkor (Bront Palare) yang merupakan mafia kaya yang memiliki banyak koneksi di pemerintahan dan menjalankan bisnis kotor.

Film Gundala dieksekusi dengan tone film yang dark seperti film-film superhero DC Extended Universe, namun tak lupa diselipi berbagai humor. Film ini pun dihiasi oleh sinematografi yang memanjakan mata, tak lupa efek visual yang tergolong baik untuk film Indonesia meskipun ada beberapa CGI yang sangat tampak dipaksakan, namun untungnya tidak terlalu mengganggu.

Salah satu hal yang perlu disayangkan dalam film Gundala ini adalah eksekusi cerita yang kurang baik dan kadang berasa datar. Seorang jagoan atau pahlawan super acapkali memiliki sebuah ingatan, situasi atau trauma yang mampu menjadi trigger dalam mengambil keputusan untuk bertarung demi menyelamatkan umat manusia, namun tidak demikian dengan Sancaka.

Tidak ada motivasi yang kuat dari Sancaka untuk berperan sebagai Gundala, ia kebetulan saja menjadi jagoan super. Ia kebetulan nolongin Wulan, ia juga kebetulan ngelawan preman di pasar. Sehingga sosok jagoan dan patriot dalam diri Gundala sebetulnya kurang terasa. Narasi kehidupan Pengkor malah terasa lebih kuat dan tereksekusi lebih baik ketimbang Gundala.

Melihat juga sosok Joko Anwar yang cukup vokal dalam urusan isu sosial dan politik, jelas membuat film Gundala juga dihiasi narasi-narasi politik. Narasi politik dalam film ini untungnya dikemas ringan sehingga tidak meng-eliminasi sisi fun dalam film action superhero terlebih didukung dengan tone yang dark, dan juga kemampuan acting dari para pemerannya. Dalam suasana perpolitikan yang kacau dan dunia yang gelap, kemunculan Gundala tampak semakin bersinar.

Sebagai sebuah film superhero dan cerita pembuka Jagad Sinema Bumilangit, terlebih lagi bagi yang sudah menikmati film-film Marvel dan DC, film Gundala terasa masih memiliki beberapa kekurangan yang memang perlu diperhatikan. Namun kualitas Gundala tidaklah kalah jauh.

Film Gundala harusnya mampu menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan perfilman Indonesia dan bagaimana masyarakat Indonesia mampu melihat film superhero diluar Hollywood. Dibalik beberapa kekurangannya, Gundala dan Jagad Sinema Bumilangit jika diperhatikan dengan baik harusnya mampu menjadi pelajaran bagi dunia film nasional.

 

Our Score (7/10)

 

 

Judul                    : Gundala
Produksi              : Bumilangit Studios, Legacy Pictures
Sutradara            : Joko Anwar
Cerita Asli           : Serial Komik (Gundala oleh Hasmi)
Penulis Cerita     : Joko Anwar
Pemeran              : Abimana Aryasatya, Bront Palarae, Tara Basro, Lukman Sardi

 

Written By

Demon Lord (Editor-in-Chief) of Monster Journal.
Film critics, and pop-culture columnist.
A bachelor in International Relations, and Master's in Public Policy.
Working as a Consultant for Communications and Public Affairs.

(radarbahurekso@gmail.com)

More From Author

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

You May Also Like