Categories Film Review

Joker, Adaptasi Komik Yang Lebih Realistis

Sosok the Prince of Crime, Joker, kembali diangkat ke layar lebar. Kali ini ia bukan menjadi tokoh sampingan ataupun lawan Batman, melainkan tokoh utama dalam film yang memang didedikasikan untuk sosok Joker.

Dalam film yang juga di produksi oleh DC Films ini, film Joker menjadi sebuah film tunggal yang tidak terafiliasi dengan narasi besar dari DCEU (DC Extended Universe) ataupun terhubung dengan film-film DC lainnya. Diluar pembuatan DCEU, DC Films juga memang berniat membuat film-film tunggal yang tidak terafiliasi dengan DCEU untuk memperluas kreatifitas pembuatan film mereka.

Joker adalah salah satu sosok paling terkenal seantero jagat dunia superhero. Sosok ini sebelum-sebelumnya juga sudah sering direpresentasikan dengan berbagai macam pendekatan dan oleh banyak aktor seperti Cesar Romero, Jack Nicholson, Heath Ledger, dan Jared Leto. Mungkin popularitas sosok Joker juga lah yang membuat DC Films memutuskan untuk menjadikannya pemeran utama dalam film pertama dari rangkaian film yang berada diluar DCEU.

Joker adalah sosok yang tidak bisa dipisahkan dari komik DC terutama dari sosok Batman. Ia adalah salah satu ultra-villain paling terkenal di dunia komik superhero. Dalam film kali ini, kita tidak menonton cerita kepahlawanan Batman, namun film Joker menceritakan salah satu versi tentang asal mula sosok Joker.

Film Joker ini mengambil setting latar pada sekitar tahun 70an atau 80an, pada zaman semi-moderen dimana teknologi belum terlalu berkembang. Mengambil latar di Kota Gotham, penonton juga diperlihatkan dengan sosok Bruce Wayne saat masih anak-anak dan juga Alfred.

Disutradarai oleh Todd Phillips, film Joker bercerita mengenai seorang komedian gagal yang juga memiliki gangguan kejiwaan bernama Arthur Fleck (Joaquin Phoenix). Arthur bekerja sebagai seorang badut penghibur yang bercita-cita menjadi seorang stand-up comedian. Arthur tinggal bersama ibunya, Penny Fleck (Frances Conroy) yang gemar menyaksikan program bincang-bincang tengah malam dan juga memiliki obsesi terhadap mantan bosnya yakni Thomas Wayne (Brett Cullen).

Dalam hidupnya, Arthur seringkali merasa tidak beruntung. Ia sering diganggu oleh orang lain, dikerjai oleh temannya, dan ia merasa tidak ada yang pernah mendengarkan keluh kesahnya. Maka dari itu selain gangguan kejiawan, Arthur memiliki sisi gelap dalam dirinya yang selalu ia tuliskan di bukunya.

Salah satu yang menarik dari film ini adalah penggambaran sosok Joker dan juga pengembangan karakter Arthur Fleck yang dibuat lebih realistis ketimbang tokoh-tokoh komik lainnya. Kita seolah dibuat mengerti dan memahami secara sinematik tentang perkembangan psikologis Arthur dan juga prosesnya dalam menjadi sosok Joker.

Tidak ada satupun kejadian yang benar-benar menjadi titik balik bagi Arthur Fleck untuk memutuskan menjadi Joker. Kita akan diperlihatkan oleh banyak runtutan kejadian yang secara perlahan mengeluarkan sisi gelap yang ada pada diri Arthur. Benih dari sosok Joker dan kekuatan yang menggerakannya adalah rasa dendamnya pada orang-orang sekelilingnya dan situasi kehidupannya.

Salah satu faktor juga yang membuat film ini tampil meyakinkan adalah penampilan gemilang Joaquin Phoenix sebagai pemeran Joker. Ia tidak hanya mampu memerankan sosok Joker dengan baik tapi juga memperkenalkan sosok Arthur Fleck secara personal. Secara meyakinkan ia merubah seorang badut komedi menjadi seorang pembunuh sadis yang narsis.

Joker tidak membuat kita berusaha berempati terhadap para kriminal, tidak juga membuat kita untuk mengerti mengapa orang melakukan kejahatan. Joker hanya membuat kita mengerti dan memahami perkembangan psikologis dan keputusan yang diambil tokoh utama secara personal dalam dimensi sinematik.

Film ini memberikan perluasan cakrawala terhadap bagaimana sebuah film hasil adaptasi komik superhero bisa dibuat tanpa harus terpaku pada aksi dan CGI. Bagaimana sebuah film adaptasi komik juga mampu menampilkan adegan kekerasan yang realistis. Ya, kekerasan. Film ini mengandung banyak adegan kekerasan, namun tidak serta merta mengglorifikasi tindakan tersebut.

Kekerasan dalam Joker adalah sebuah formula utama dalam meramu cerita Joker yang baik, meyakinkan, mendebarkan, dan juga menyeramkan. Kekerasan menjadi formula yang tepat bagi ‘psychological dark thriller’ yang diperlihatkan film ini.

Sisi kekerasan dan kejiwaan yang dibawa oleh film ini mungkin akan berdampak dan memperlihatkan ambiguitas dalam perilaku moral yang secara tidak langsung diperlihatkan atau disampaikan. But dear snowflakes, still Joker is just a film made by and for pop-culture. It doesn’t have to mean anything.

Sedikit memberitahu, sosok Joker adalah salah satu tokoh paling misterius dalam dunia komik DC. Tidak ada yang tahu tentang masa lalunya. Dalam film ini sosok Arthur Fleck menjadi simbol resistensi dan perlawanan dari para masyarakat kelas bawah, belum tentu juga ia adalah Joker yang menjadi musuh utama Batman. Bisa jadi ia merupakan inspirasi dari individu lainnya dalam timeline berbeda yang menggunakan alias Joker dalam melawan Batman.

 

Our Score (9/10)

 

Judul                     : Joker
Produksi               : DC Films, Village Roadshow Pictures, Bon Creative, Joint Effort
Sutradara            : Todd Phillips
Penulis Cerita      : Todd Phillips, Scott Silver
Pemeran              : Joaquin Phoenix, Frances Conroy, Brett Cullen, Robert De Niro

 

 


Putu Radar Bahurekso
t : @puturadar | ig : putu.radar


 

Written By

Demon Lord (Editor-in-Chief) of Monster Journal.
Film critics, and pop-culture columnist.
A bachelor in International Relations, and Master's in Public Policy.
Working as a Consultant for Communications and Public Affairs.

(radarbahurekso@gmail.com)

More From Author

Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
nimabi
1 year ago

Thank you very much for sharing, I learned a lot from your article. Very cool. Thanks. nimabi

You May Also Like