Cerita Calonarang adalah salah satu kisah legendaris yang kental dengan unsur mistis dari budaya Jawa dan Bali, menceritakan tentang sosok sakti bernama Calonarang dari Desa Girah, yang dianggap sebagai penyebab dari berbagai malapetaka. Dalam legenda ini, Calonarang adalah seorang pemilik ilmu sihir yang mempraktikkan ilmu hitam dan memiliki kemampuan untuk mendatangkan bencana.
Kisah ini bermula ketika Ratna Manggali, putri dari Calonarang, sulit menemukan jodoh karena masyarakat takut pada ibunya yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Karena merasa tersinggung dan terhina, Calonarang marah dan mengutuk desa-desa sekitarnya dengan wabah penyakit yang mematikan. Untuk mengatasi kutukan tersebut, Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan meminta bantuan kepada Empu Baradah. Ia berhasil mengalahkan Calonarang dan mengakhiri wabah yang menghantui desa-desa.
Di Bali, kisah Calonarang sering kali dijadikan pertunjukan tari sakral, di mana sosok Calonarang digambarkan dalam wujud Rangda, ratu ilmu hitam yang mengerikan, yang berhadapan dengan Barong, simbol kebaikan dan penjaga harmoni. Calonarang menjadi sebuah kisah yang masih diceritakan melalui pertunjukan tari dalam wujud Rangda. Sosoknya pun lebih populer di kalangan masyarakat adat, desa ataupun pencinta seni di Bali dan Jawa Timur. Tak disangka, setelah lama berkeliling desa, Calonarang kini mencoba muncul di layar lebar dalam film “Kutukan Calon Arang”.
Film berjudul “Kutukan Calon Arang” ini bercerita soal sebuah kutukan, tapi bukan dari Calonarang. Nah bingung kan? Sama saya juga bingung. Kutukan di film ini diceritakan berasal dari kutukan seorang Perempuan yang menguasai ilmu berubah menjadi wujud Rangda yang merupakan bentuk simbolik dari Calonarang. Pertanyaan berikutnya adalah, ilmu apa yang dimaksud untuk si Perempuan bisa berubah jadi rangda? Gak jelas juga.
Kenapa bisa berubah jadi Rangda atau Calonarang? Apa esensi dari keberadaan Rangda dan Calonarang di film ini? Ga ada juga. Film ini memang kurang jelas. Film ini bisa merubah judul filmnya jadi kutukan apapun dan tetap tidak akan menemukan esensinya. Bisa Kutukan Pocong, Kutukan Genderuwo, Kutukan Kuntilanak, Kutukan Tuyul, dan cerita film ini akan tetap relevan. Meskipun akan tetap menjadi film yang gak jelas hubungan logika sebab dan akibatnya.
Secara singkat film ini berpusat pada sekelompok pemuda yang bermasalah. Entah kenapa semuanya bermasalah aja, sebuah kebetulan yang bener-bener kebetulan dan dijadikan landasan jalan cerita film. Rama (Justin Adiwinata) adalah pria yang terjerat hutang judi ingin kabur dari kota dan menghindari penagih hutang sambil menenangkan adiknya yang sedih bernama Maya (Fergie Brittany). Bersama beberapa rekan lainnya yang juga punya masalah mereka pergi ke rumah orang tua Rama dan Maya yang berada di Tengah hutan.
Film ini dibuka dengan plot yang cukup generic, dimana ada pemuda pergi ke rumah di desa atau hutan, meromantisasi kehidupan masa lalu para tokohnya dan kemudian perlahan merasakan suasana mistis. Ditambah ada satu orang lebay dan penantang, ada satu yang cuek dan gak percaya hantu, ada yang penakut, lengkap sudah si kelompok basic film hantu.
Selain memiliki setting karakter dan lokasi yang sangat pasaran dan terlihat dibuat-buat, plot film ini juga berjalan tidak natural. Iqbal (Dennis Adhiswara) bisa dikatakan adalah tokoh paling menyebalkan dan artificial di film ini. Tingkah lakunya terlalu lebay dan terkesan memaksakan kehendak untuk plot bisa berjalan. Mulai dari sosok yang banci sosmed dan penasaran gak puguh sehingga menimbulkan masalah.
Yang lebih lawak lagi adalah ketika Iqbal melakukan live, percakapan di kolom komentarnya ini dibuat-buat banget dan malah jadi kontra produktif. Bukannya serem malah lawak. Apa-apaan coba ada netizen tiba-tiba tahu isi buku yang dibaca Iqbal itu bahaya, lebih lucunya itu desain buku dibuat-buat banget, mana ada buku klasik yang berisi kutukan potongannya kayak begitu? Ini memperlihatkan penulis cerita film ini miskin pengetahuan Sejarah dan Antropologi.
Diluar hal-hal tersebut yang paling fatal adalah tidak adanya upaya cultural infuse terhadap cerita film ini. Dengan sudah membawa tokoh Calon Arang atua Calonarang, tapi tidak ada sedikitpun identitas atau latar cerita Calonarang yang disusupkan kedalam film selain hantunya beberapa kali muncul dalam wujud Rangda.
Padahal belakangan film horror yang berusaha membawa nilai-nilai kultural termasuk klenik sudah banyak dan memperkaya khasanah film horror Indonesia. Lihat saja Mangkujiwo dengan ke-Jawa-annya, atau Badarawuhi dengan Tari Gandrung asal Banyuwangi-nya ditambah berbagai elemen warna berwarna hijau yang memperlihatkan afiliasi spiritual dari sosok Badarawuhi, Kuasa Gelap dengan eksorsisme-nya.
So, what does Kutukan Calonarang bring? It introduces us to the legend of Calonarang? Big no!
Film Kutukan Calon Arang gagal mempresentasikan judulnya kedalam bentuk film. Tidak hanya gagal dalam memasukan unsur budaya kedalam berbagai elemen dalam film, pada ranah yang lebih sederhana saja film ini gagal memperkenalkan legenda dan sosok Calon Arang kepada penonton. Kata “Calon Arang” pada judul film ini menjadi kekosongan yang tidak bisa ditunjukan, dan menjadi senjata makan tuan yang justru menjadi kelemahan terbesar bagi film ini.
Our Score: 5/10
Judul: Kutukan Calon Arang
Produksi: Lingkar Pictures
Sutradara: Girry Pratama
Penulis Cerita: Mo Sidik
Pemeran: Justin Adiwinata, Dennis Adhiswara, Fergie Brittany, Meisita Lomania, Wulan Suandhini