Makhluk bernama Zombie mulai dikenal sejak tahun 1968 melalui film Night of The Living Dead karya George A. Romero. Semenjak itu makhluk penggigit manusia ini semakin tenar melalui berbagai macam medium, seperti game Resident Evil, House of the Dead, lalu ada film Zombie Apocalypse, World War Z, dan ada juga seri Walking Dead.
Sudah banyak medium didunia ini yang menceritakan tentang zombie dengan berbagai latar tempat dan juga dengan beda bentuk karakteristik zombie-nya. Namun film Train To Busan mengemas sebuah film tentang zombie dengan berani, cerdas, dan terasa baru.
Tanpa terlihat untuk meniru film-film zombie Hollywood, film Train To Busan justru memiliki cerita, karakter, dan kemasan yang lebih menarik dari World War Z, Resident Evil, dan juga Zombie Apocalypse.
Pria bernama Seok Woo (Gong Yoo) adalah seorang ayah dari anak perempuan bernama Soo An (Kim Soo An). Seok Woo adalah seorang yang sudah bercerai, ia juga terlalu sibuk bekerja sehingga hampir tidak memiliki waktu terhadap anaknya. Soo An meminta kepada ayahnya untuk dipertemukan dengan ibunya. Keesokan harinya Seok Woo kemudian membawa Soo An pergi ke Busan, tempat dimana ibunya kini tinggal, dengan menggunakan kereta.
Di dalam sebuah kereta cepat menuju Busan, ternyata ada seorang wanita yang terinfeksi virus menderita kejang-kejang dengan tubuhnya yang semakin pucat. Pramugari kereta yang menemukannya berusaha untuk meminta pertolongan, namun tiba-tiba pramugari tersebut digigit dan tak berapa lama membuat virus zombie dalam kereta tersebut menyebar.
Apalagi film ini menggambarkan sosok zombie sebagai makhluk yang bisa berlari sangat cepat dan menyerang manusia mana aja yang didepannya. Yang unik juga adalah zombie dalam film ini memiliki tubuh elastis dimana terkadang mereka membengkokan beberapa bagian tubuh. Namun zombie tetaplah zombie, mereka tidak cukup cerdas untuk bisa sekedar membuka pintu.
Tak butuh waktu lama untuk sebagian orang dalam kereta tersebut berubah menjadi zombie. Seok Woo adalah seseorang yang mementingkan diri sendiri bersama anaknya. Namun karena beberapa kali ia ditolong oleh orang lain, Seok Woo kemudian berkelompok dengan orang-orang lainnya yang juga berusaha untuk menyelamatkan diri.
Dalam kelompoknya selain Seok Woo dan anak perempuannya, Soo An, ada juga pria petarung bernama Sang Hwa (Ma Dong Seok) bersama instrinya yang hamil Seong Kyeong (Jung Yu Mi), dan juga sepasang anak SMA anggota baseball. Selain itu ada juga seorang COO bernama Yong Suk, yang merasa bahwa dirinya lebih penting dibanding orang lain sehingga cara apapun ia lakukan demi menyelamatkan dirinya.
Salah satu yang biasa dibentuk dari cerita – cerita film zombie adalah ceritanya yang merupakan bentuk alegori maupun satire dari kehidupan sosial masyarakat. Film inipun demikian. Alegori kehidupan manusia dalam peran dan status sosialnya dibawa sangat kental dalam film ini, apalagi didukung dengan penokohannya yang penuh namun tetap memiliki peran vital.
Seok Woo adalah seorang ayah yang gila bekerja dan ia bekerja sebagai Manajer Pendanaan, ia oleh orang-orang sering dianggap lintah. Dalam situasi ditengah ancaman zombie ia pun lebih memilih menyelamatkan diri sendiri. Soo An sang anak dalam film ini seolah seperti kanvas putih bersih, ia percaya bahwa keselamatan harus diraih bersama. Perlu diakui juga, meskipun Soo An adalah aktris cilik namun perannya dalam film ini sangatlah vital, dan Soo An juga tetap mampu membawa diri sesuai karakternya tanpa menjadi berlebihan ditengah ancaman zombie.
Tokoh Soo An seolah menegaskan bahwa tempat latihan terbaik bagi para aktor cilik adalah Korea Selatan.
Lalu Sang Hwa dan Seong Kyeong yang merupakan seorang pasangan keluarga kelas menengah, bagi kedua orang ini keselamatan bersama dan kerjasama adalah yang utama. Lain lagi dengan Young Guk (Choi Woo Sik) dan Jin Hee (Ahn So Hee), sepasang muda-mudi tim baseball SMA. Bagi kedua orang ini setia kawan dan persahabatan menjadi yang utama, Young Guk bahkan tidak mampu memukul kawan-kawan sekolahnya yang sudah berubah jadi zombie. Saat Young Guk diasingkan oleh penumpang lain karena dikira sudah terinfeksi, Jin Hee justru mau menemaninya.
Kemudian tokoh Yong Suk yang merupakan COO perusahaan. Baginya yang merupakan kelompok kelas atas, ia selalu merasa bahwa dirinya dan keselamatan dirinya lebih penting dari orang lain. Ia bahkan rela mengorbankan orang lain kepada zombie agar dirinya bisa kabur.
Yong Suk memang tampak sebagai pemeran antagonis dalam film, namun keberadaan tokohnya justru menjadi penyeimbang yang sepadan bagi tokoh Soo An yang masih polos.
Seperti rata-rata film Asia lainnya, meskipun film ini merupakan film thriller namun dalam beberapa adegan akhir nuansa melodrama dimunculkan. Namun bagian melodrama ini tetap memiliki porsi yang cukup sehingga tidak mengganggu cerita keseluruhan. Justru adegan dramatis dalam film ini mampu membuat penonton semakin terpikat setelah berkali-kali dikagetkan oleh adegan-adegan penyelamatan diri.
Bisa dikatakan bahwa Train to Busan dengan telak memperlihatkan bagaimana kehidupan sosial manusia berlangsung dengan status individu sebagai tolak ukur peran dan tindakan mereka. Tanpa merusak cerita, film ini seolah memiliki pertanyaan filosofis fundamental tentang hubungan antar manusia.
Manusia-manusia tidak menyadari bahwa dibalik perbedaan status tersebut kita semua adalah manusia. Sayangnya, untuk menyadari hal ini manusia harus berada dalam posisi benar-benar terancam kematian atau bahkan kepunahan terlebih dahulu.
Our Score (10/10)
Judul : Train to Busan
Produksi : RedPeter Film
Produser : Lee Dong Ha
Sutradara : Yeon Sang Ho
Aktor : Gong Yoo, Kim Soo An, Jung Yu Mi, Ma Dong Seok, Choi Woo Shik, Ahn So Hee
Oleh : Putu Radar Bahurekso
t : @puturadar | ig : putu.radar