Siapa sangka dunia hiburan Indonesia akan menciptakan film eksorsisme katolik pertamanya di tahun 2024? Kuasa Gelap hadir di tengah masifnya film-film horor Indonesia sedang naik layar dan memperlihatkan merosotnya kreativitas karena lagi-lagi film berdasarkan kisah nyata masuk ke dalam bioskop. Meskipun membawa cerita yang berbeda, film ini cenderung mengcopy-paste cerita dari film-film luar yang pernah ada.
Dimulai dengan kecelakaan tragis yang dialami Romo Thomas (Jerome Kurnia) beserta ibu dan adiknya, cerita ini lantas dilanjut dengan kondisi Romo Thomas yang ragu akan imannya dan enggan melanjutkan perutusannya sebagai seorang romo, pemimpin ibadah dalam Gereja Katolik. Kuasa Gelap mengingatkan saya akan film berjudul The Rite (2011) karena mengambil tema “romo dengan iman lemah” yang hampir serupa.
Setelah mengatakan bahwa keputusan mundurnya Romo Thomas sudah bulat, justru ia dihadapkan dengan situasi berbahaya yakni melakukan eksorsisme bersama dengan Romo Rendra (Lukman Sardi), seorang romo yang sudah ahli melakukan eksorsisme kepada korban kerasukan iblis. Sebagai seorang yang tidak pernah melakukan eksorsisme, tentu ini menjadi sebuah tantangan bagi Romo Thomas. Hal ini lah yang menjadi inti dari cerita dalam Kuasa Gelap.
Kerasukannya Kayla (Lea Ciarachel) dalam film ini menjadi media kedekatan Romo Thomas dengan Tuhan sekaligus dengan traumanya. Kayla dirasuki oleh iblis menyerupai seorang biarawati, kali ini mengingatkan saya akan film berjudul The Nun (2018) yang menjadikan seorang biarawati sebagai hantu. Tentu hal ini menyadarkan saya akan adanya copy-paste dalam Kuasa Gelap, hal ini lah yang membuat statement “tidak kreatif” muncul di benak saya.
Selain cerita dan hantu yang diinspirasi dari film-film luar dengan tema serupa, nyatanya Kuasa Gelap menjual ragam bentuk jumpscare yang muncul di saat-saat menegangkan. Sayangnya, terlalu banyak jumpscare ternyata membuat filmnya tidak menyenangkan. Jumpscare yang muncul pada awalnya sangat menakutkan, lama-kelamaan menjadi melempem. Tidak membuat ceritanya terlihat natural, akhirnya film ini pun sama saja dengan film-film horor Indonesia pada umumnya.
Di samping itu, hal yang menarik dalam Kuasa Gelap adalah sosok hantu biarawati yang turut menyerang manusia di dalam film tersebut. Film horor Indonesia yang seringkali menyerang manusia melalui kerasukan, kali ini hantu yang ada diterapkan dalam penyerangan kepada manusia secara langsung. Tidak melulu manusia kerasukan yang menyakiti sesamanya, kali ini hantu berperan secara langsung dalam Kuasa Gelap. Hal ini mungkin cukup membedakan Kuasa Gelap dengan film horor pada biasanya.
Pengemasan ceritanya terbilang fast pacing. Selama 97 menit, terdapat dua adegan eksorsisme dalam Kuasa Gelap. Adegan pertama dipimpin oleh Romo Rendra, sedangkan kali kedua dilakukan oleh Romo Thomas, yang sebenarnya sedikit tidak masuk akal. Romo Thomas baru sekali melakukan eksorsisme, perannya dalam eksorsisme pertama pun tidak banyak. Ketika kemudian Romo Thomas melakukan eksorsisme sendirian di kali kedua, rasanya tidak masuk akal. Seorang romo pemula melakukan eksorsisme dan berhasil, hal ini meragukan orisinalitas kisah nyata yang terjadi.
Cerita dalam Kuasa Gelap cenderung memiliki celah untuk dikembangkan, termasuk akting para pemainnya. Karena ini adalah film eksorsisme katolik pertama di Indonesia, tentu menjadi pelajaran bagi ide-ide lain yang serupa di kemudian hari. Akting pemainnya perlu dikelola lebih dalam lagi, bersamaan dengan penyesuaian nilai-nilai religius dalam film tersebut.
Selain itu, alur ceritanya perlu dikemas dengan rapi sebab dalam film ini terlalu banyak konflik yang akhirnya adegan eksorsisme terlihat tidak menonjol. Konflik-konflik yang menyelip di antara suasana horor eksorsisme seperti kekerasan yang dilakukan oleh kekasih Maya (Astrid Tiar) dan permainan jelangkung yang belum jelas perannya cukup mengganggu ceritanya serta memunculkan perasaan ingin tahu bagaimana akhir dari konflik-konflik tersebut.
Tension dalam film ini sangat oke, ketegangannya terasa setiap waktu termasuk detik-detik jumpscare muncul. Namun, di balik ketegangan yang terbangun baik, Kuasa Gelap tetap gagal memanfaatkan potensinya secara maksimal. Pengulangan formula horor seperti jumpscare yang berlebihan dan plot yang terasa familiar mengurangi daya tarik film ini secara keseluruhan. Film ini terlihat seolah berusaha keras untuk mengikuti jejak film-film eksorsisme Hollywood namun tanpa menambahkan nilai orisinalitas yang kuat. Jika dibandingkan dengan beberapa film eksorsisme luar negeri, Kuasa Gelap mungkin hanya menjadi semacam replikasi tanpa identitas yang jelas.
Selain itu, pengembangan karakter Romo Thomas terasa kurang mendalam. Transformasinya dari sosok yang ragu dengan imannya hingga menjadi pemimpin eksorsisme di babak akhir terlalu cepat dan tidak diiringi perkembangan emosional yang meyakinkan. Ini menyebabkan hubungan emosional penonton dengan karakter utama menjadi kurang kuat. Konflik internal yang seharusnya menjadi landasan kuat film, malah tergeser oleh adegan-adegan eksorsisme yang kurang menggigit secara psikologis.
Kendati demikian, ada beberapa elemen positif yang layak dicatat. Visualisasi yang ditampilkan cukup menarik, terutama dalam penggunaan efek untuk menggambarkan kekuatan iblis. Pemandangan kerasukan dan latar suasana gereja tua yang mencekam memberikan atmosfer horor yang baik, meskipun tidak sepenuhnya inovatif. Pemilihan lokasi dan sinematografi juga mendukung suasana kelam yang coba dibangun, meskipun kadang terasa klise.
Secara keseluruhan, Kuasa Gelap adalah sebuah upaya yang ambisius dalam menghadirkan film eksorsisme Katolik pertama di Indonesia, namun belum berhasil lepas dari bayang-bayang pengaruh film horor internasional. Dengan sedikit lebih banyak keberanian dalam menciptakan elemen cerita dan karakter yang orisinal, film ini mungkin bisa memberikan pengalaman horor yang lebih berkesan. Namun, saat ini, Kuasa Gelap terasa lebih seperti sebuah film horor picisan yang kurang menggali potensi lokalnya dan terlalu bergantung pada referensi global.
Our Score: 6/10
Judul: Kuasa Gelap
Produksi: Paragon Picture
Sutradara: Bobby Prasetyo
Penulis: Andri Cahyadi, Robeet Ronny, dan Vera Varidia
Pemeran: Jerome Kurnia, Lukman Sardi, Lea Ciarachel, Astrid Tiar
Petricia Putri Marricy
IG: @mricyls
E-mail: petriciamarricy@gmail.com
[…] kritik terhadap performa film ini serta feedback publik yang beragam, termasuk raing 6/10 dari kami, Kuasa Gelap mampu menembus 500 ribu penonton dalam empat […]