“Jika aku menjadi Himmel, ia akan melakukan hal yang sama [denganku],” ungkap Xu, seorang otaku yang berhasil menghentikan serangan senjata tajam di Taiwan. Menurut pemberitaan MSN, insiden yang terjadi di Taichung pada 21 Mei 2024 tersebut terjadi ketika seorang pria menyerang pengguna metro lainnya dengan pisau. Xu, yang melihat kejadian tersebut, berhasil mengamankan pelaku dan mencegah jatuhnya korban lebih jauh.
Tindakan Xu yang gagah berani viral dan menjadi pembahasan warganet. Mereka menggunakan kalimat “Himmel akan melakukan itu” sebagai respon atas berbagai perbuatan yang dianggap heroik untuk dilakukan.
Sebagai contoh, @ShitpostRock di media sosial X menggunakan kalimat tersebut, lengkap dengan panel Himmel dalam manga Sousou no Frieren, sebagai alasan untuk membajak produk-produk milik Adobe. Bagi Himmel, membajak produk Adobe adalah tindakan yang “diterima secara moral,” sebagai respon kebijakan Adobe yang tidak menghargai seniman digital dengan menggunakan hasil karya pengguna untuk melatih kecerdasan buatan.
Tentu, sebagai seorang pahlawan, tentu tidak akan membajak software hanya karena ia mencoba memberikan hasil karya pengguna untuk melatih kecerdasan buatan. Ia akan selalu berada di jalan kebenaran, menegakkan keadilan di negeri yang ia cintai. Namun, apa jadinya jika Himmel sebenarnya hanyalah seorang manusia biasa, yang kebetulan diposisikan sebagai pahlawan?
Pahlawan Tanpa Restu Pedang sang Pahlawan
Dalam Sousou no Frieren, Himmel adalah pemimpin Hero Party. Selain Himmel, ia juga beranggotakan Eisen sang ksatria, Heiter sang pendeta, dan Frieren, seorang penyihir bangsa elf. Atas titah raja, Hero Party ditugaskan menumpas Demon King.
Selama sepuluh tahun, Hero Party menunaikan tugas tersebut dengan tekun. Pada akhirnya, Demon King berhasil dikalahkan. Himmel dan rekan party-nya kembali ke Royal Capital, merayakan kemenangan yang telah mereka capai.
Menurut legenda, pencapaian luar biasa Himmel dan anggota Hero Party diraih karena ia berhasil mengangkat sebuah senjata legendaris bernama Pedang Sang Pahlawan (Hero’s Sword). Pedang tersebut, yang tertancap dalam sebuah batu di Sanctuary of the Hero’s Sword, akan menunjukkan jalan bagi seorang pahlawan yang dapat menghentikan bencana besar (the great calamity) yang akan menghancurkan dunia.
Telah banyak pahlawan mencoba untuk mencabut Pedang Sang Pahlawan dari batunya. Namun, upaya mereka sia-sia. Ketika Himmel mencoba melakukannya, ia pun juga gagal. Meski gagal, ia tetap teguh dengan pendiriannya, bahwa dirinya akan mengalahkan Demon King dengan atau tanpa Pedang Sang Pahlawan.
Berita kegagalan Himmel mencabut Pedang Sang Pahlawan dirahasiakan oleh para anggota party lainnya. Hingga Himmel berbaring di pusara terakhirnya, rahasia tersebut tetap terjaga. Himmel dihormati negara sebagai pahlawan suci, penakluk Demon King.
Himmel, Sang Pahlawan Pelindung Kaum yang Lemah
Meski tidak berhasil mencabut Pedang Sang Pahlawan dari batunya, Himmel berhasil menunaikan tugas untuk mengalahkan Demon King. Pencapaian ini menjadikannya dihormati sebagai seorang pahlawan legendaris bagi bangsanya. Semangat apa yang melandasi sehingga Himmel akhirnya menjadi pahlawan legendaris?
Semangat utama yang dapat dihayati dari seorang Himmel adalah semangat untuk tetap berjuang. Menghadapi berbagai tantangan tidak membuatnya berhenti melindungi mereka yang lemah. Semangat peduli terhadap nasib orang lain, menjadikannya meraih pencapaian melebihi ekspektasinya.
Semangat membantu orang banyak juga meninggalkan kesan bagi orang-orang yang ditemui Himmel. Selama sepuluh tahun perjalanan Hero Party menumpas Demon King, mendorong mereka untuk mengikuti jejak Himmel menyemaikan kebaikan dan rasa kasih sayang.
Ini terlihat ketika Heiter memutuskan untuk merawat Fern sebagai anak asuhnya. Dalam salah satu adegan, Heiter berkata bahwa apa yang ia lakukan merupakan buah dari tindakan Himmel di masa lalu. Ia percaya, Himmel akan melakukan hal serupa, jika ia masih hidup.
Hanya Manusia Biasa dengan Semangat Ksatria
Apa yang dilakukan Xu, yakni melindungi orang lain dari serangan pisau, tidak hanya menegaskan semangat Himmel sang Pahlawan yang melindungi kaum lemah. Ia juga menegaskan bahwa semangat ksatria (chivalry) masih belum mati hingga kini.
Semangat ksatria, yang mulanya adalah kode etik ksatria pada masa Pertengahan Eropa, telah berubah menjadi semangat untuk melindungi siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Mengutip Jeniffer Wollock dalam artikel Chivalry Is Not About Opening Doors, but Protecting Society’s Most Vulnerable from Attack, semangat ksatria pada masa kini seharusnya digunakan untuk melindungi kaum lemah dan tertindas. Semangat ksatria telah menjadi semangat pembebasan sejak era klasik, dan sudah sepatutnya dipersepsikan demikian.
Menjadikan semangat ksatria sebagai semangat pembebasan, dapat kita hayati dari sosok Himmel. Meski tanpa restu Pedang Sang Pahlawan, Himmel berhasil membuktikan dirinya, berhasil mengalahkan Demon King. Semangat rela berkorban melindungi yang lemah, menjadikannya terus berjuang mencapai tujuannya. Semangat tersebut, pada akhirnya, berhasil membebaskan negerinya dari kehancuran yang dibawa oleh Demon King.
Tentu, menjadi pahlawan dengan semangat ksatria tidak berarti ia selamanya bersikap bak pahlawan. Dalam beberapa kasus, seperti ketika ia menghadap raja untuk pertama kalinya, ia bertingkah kekanak-kanakan. Tindakan tersebut hampir saja membuat ia dan anggota party yang lain berakhir dieksekusi mati. Juga, terlihat adegan Himmel yang bersikap narsistik akan ketampanannya, membuat anggota party lain dan orang-orang yang ditemuinya resah. Kedua hal ini, menegaskan bahwa Himmel adalah manusia biasa dengan jiwa ksatria, tidak hanya sebagai pahlawan tanpa cela.
Seperti seorang Xu yang agresif membela orang lain dari serangan pisau, kita dapat menghayati semangat ksatria Himmel dengan menjadi manusia yang agresif. Menurut Bohdi Sanders dalam artikel A Harmless Man is not a Good Man, agresif tidak melulu soal liar. Agresif adalah sebuah watak (trait) seorang manusia, yang mengerjakan tugasnya untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan keluarganya.
Sebagai contoh, seorang ayah yang agresif dengan menunaikan tugasnya sebagai kepala keluarga. Ia bekerja, memenuhi kebutuhan hidup, dan menyediakan perlindungan bagi istri dan anak-anaknya. Ia berbeda dengan harmless man, yang hanya bisa bersikap pasif.
Semangat ksatria seorang Himmel, yang berjuang sekuat mungkin untuk memenuhi tugas dan melindungi kaum lemah, juga dapat menjadi cermin bagi para aktivis. Tentu saja, melindungi kaum lemah tidak dilakukan dengan memancing kerusuhan di media sosial, seperti yang banyak dilakukan dewasa ini. Tindakan utama untuk mewujudkan semangat ksatria, mengutip Jordan Peterson, adalah dengan ikut berpartisipasi di bawah kontrol bersama (voluntary control). Hanya melalui ini, semangat ksatria yang dilakukan Himmel dapat terwujud.
Pada akhirnya, Himmel sang pahlawan adalah manusia biasa. Ia tidak direstui Pedang sang Pahlawan, sebagai pahlawan yang akan menyelamatkan negeri dari bencana besar. Meski begitu, semangat melindungi sesama berhasil mewujudkan tujuannya, yakni mengalahkan Demon King. Semangat tersebut, yang digariskan melalui semangat ksatria (chivalry), menjadi pemantik bagi generasi berikutnya, mengikuti jejaknya.
Real Estate Nice post. I learn something totally new and challenging on websites
Hi, I’m Jack. Your website has become my go-to destination for expert advice and knowledge. Keep up the fantastic work!