Categories Essay Focus

Lost Media, Menemukan Kembali Media Populer yang Diduga Hilang Selamanya

“Satu stack hanya $20 — itu merupakan $20 terbaik yang pernah aku investasikan,” ungkap filmmaker Gary Huggins ketika tidak sengaja menemukan kembali film The Pill Pounder (1923), yang telah lost selama lebih dari 100 tahun. Film tersebut, yang menjadi salah satu film terbaik aktris Clara Bow, ditemukan secara tidak sengaja dalam sebuah lelang, dilakukan sebuah perusahaan film yang telah bangkrut tahun lalu.

Setelah menonton film The Pill Pounder, mengutip pemberitaan Smithsonian Magazine, Huggins segera mengenali Bow, yang tampil mengagumkan. Namun, saat itu, ia tidak mengenali film pendek yang diperankannya. Dengan sedikit penelusuran, diketahui bahwa film tersebut adalah The Pill Pounder.

Clara Bow dalam film The Pill Pounder (1923), courtesy of MUBI

Merespon temuan Gary Huggins, pada April 2024 lalu, film The Pill Pounder akhirnya ditayangkan kembali, setelah 101 tahun menghilang dari dunia perfilman. Seperti yang pernah dimuat dalam Yahoo! News, penayangan kembali film yang dibintang Clara Bow tersebut di layar perak merupakan sebuah momen yang patut dirayakan, karena telah ditemukannya kembali sebuah harta karun ke permukaan.

Kisah ditemukannya kembali The Pill Pounder merupakan satu dari berbagai kisah ditemukannya kembali lost media ke permukaan. Melalui berbagai komunitas, para “detektif dunia maya” menelusuri jejak-jejak berbagai lost media yang harus ditemukan kembali, untuk kemudian diarsipkan dan diabadikan kepada generasi penerus.

Lost Media, Tentang Sebuah Media yang Hilang

The Pill Pounder, sebuah film yang kembali setelah 101 tahun. Sebuah kisah penemuan karya film yang sudah lama hilang, dan dianggap sebagai lost media, sebuah media yang pernah hilang.

Theda Bara dalam film Cleopatra (1917), salah satu film era bisu yang kini menjadi lost media yang legendaris, courtesy of Silent London

Istilah lost media memiliki makna berbagai media yang hilang atau sulit ditemukan dari pengetahuan publik. Istilah ini umumnya dikaitkan dengan berbagai media visual, audio, dan audivisual, seperti film, televisi, siaran radio, musik, dan gim video. Secara singkat, Wikipedia menjelaskan lost media sebagai berbagai media yang dipercaya telah dilupakan atau tidak lagi eksis dalam format apa pun.

Menurut Greta Brennan dalam artikel Lost Media: A Modern Mystery, media apa pun dapat menjadi lost media selama ia pernah eksis pada satu titik. Contoh mudah dari hal ini adalah banyaknya film pada era film bisu (silent) yang menjadi lost media karena hancur terbakar atau mengalami dekomposi. Menurut Matthey Mosley dalam situs The Collider, diperkirakan sebanyak 75% film pada era ini yang telah menjadi lost media.

Salah satu lost media pada era film bisu adalah Cleopatra (1917). Film yang menceritakan tentang sosok penguasa Mesir Kuno bernama Cleopatra ini telah menjadi lost media selama 106 tahun. Reel terakhir film ini hilang bersama dengan terbakarnya gudang film di New Jersey pada 1937 dan Museum of Modern Art pada 1940-an. Hanya 20 detik (ditambah dengan cukilan baru yang ditemukan pada 2023) film tersebut yang selamat.

Cukilan gambar Clock Man (1976), lost media yang berhasil ditemukan The Clock Man Search Team pada akhir 2017 dan awal 2018, courtesy of Medium

Selain film bisu, berbagai media kontemporer, terutama media populer, dapat menjadi lost media. Salah satu contoh populer dari jenis ini adalah Clock Man. Episode dari serial Pinwheel yang tayang pada 1976 menjadi lost media ketika seorang pengguna 4Chan menuliskan memorinya mengenai Clock Man. “Ia mengisahkan seorang anak lelaki yang sedang tertidur dan sebuah jam,” tulis Commander Santa, melansir The Hitching Post.

Setelah para “detektif” lost media, yang tergabung dalam The Clock Man Search Team, melakukan penelusuran, Clock Man akhirnya berhasil ditemukan pada 10 Desember 2017 dan 11 Januari 2018. Ternyata, Clock Man telah ada di ujung hidung mereka. Penelusuran singkat mengenai film The Wizard melalui WorldCat berhasil mengantarkan para detektif menemukan Clock Man di situs berbagi video YouTube.

Perburuan para Detektif Lost Media

Perburuan terhadap lost media tidak dilakukan sendirian. Terdapat sebuah komunitas besar yang menjadi pusat informasi bagi para detektif lost media. Komunitas tersebut bernama Lost Media Wiki (LMW).

Tampilan situs Lost Media Wiki pada 21 Mei 2024

Komunitas LMW merupakan passion project yang dirintis pada November 2021, ditujukan bagi siapa saja yang ingin mendata, mengarsipkan, serta berusaha menelusuri kepingan media yang telah lost atau yang sulit untuk ditemukan (hard-to-find). LMW menampung berbagai informasi mengenai lost media yang berhasil mereka data, baik yang telah ditemukan, ditemukan sebagian (partially found), atau masih menjadi lost media. Lambat laut, LMW mulai dikenal publik, terlebih atas kerja keras mereka melacak berbagai lost media yang perlu diabadikan kembali.

Salah satu perburuan penting yang pernah dilakukan komunitas LMW adalah melacak kembali film mockumentary berjudul A Day with SpongeBob SquarePants The Movie. Sejak 2015, tim pencari yang berkumpul dalam LMW Forums mengabadikan hasil penelusuran mereka. Setelah satu tahun melakukan penelusuran, diketahui bahwa film A Day with SpongeBob SquarePants The Movie tidak hanya menjadi lost media, tetapi “tidak pernah eksis sejak awal.”

Meski berakhir dengan tangan hampa, kerja keras para detektif saat itu mendorong minat yang lebih besar terhadap lost media. Sebagai contoh, sebuah komunitas kecil yang menamakan diri mereka Museum Internet Indonesia (MINI), mengikuti jejak LMW mendokumentasikan dan menelusuri berbagai lost media di Indonesia. Meski aktivitas mereka masih terbatas hanya di Facebook dan Discord, kegiatan mereka merekam kembali jejak-jejak berserakan mengenai lost media patut diapresiasi.

Dapat dikatakan, lost media tidak hanya mengenai media yang tidak dapat dilacak kembali. Ia juga merupakan sebuah usaha kreatif para detektif untuk menemukan kembali berbagai media yang diduga telah hilang selama-lamanya. Usaha para detektif lost media, layaknya seorang arkeolog atau sejarawan, merupakan upaya untuk merekam kembali jejak-jejak peradaban manusia yang penuh dengan kisah menarik.

Written By

Lich King (Editor) at Monster Journal.
Mostly writing about social and culture.
Also managing a site and community related to history.
Used to work as a journalist. Now working as a history teacher.

(prima.cahyadi.p@mail.ugm.ac.id)

More From Author

Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback
5 days ago

[…] kisah Like The Wind, dari sebuah lostwave biasa hingga menjadi holy grail dalam perburuan media populer yang hilang di […]

You May Also Like