Budaya populer seringkali menciptakan konsep dan teori baru yang menambah nilai estetika menarik, termasuk dalam karya film. Konsep dan teori tersebut contohnya seperti multiverse yang diagungkan Marvel, unsur magis dan sihir dalam karya-karya J.K. Rowling, hingga konsep hollow earth yang awet dipakai dalam film seri Godzilla dan Kong.
Dalam perkembangannya, konsep dan teori yang dibawa oleh budaya populer cenderung menuai kontroversi sebab perlawanannya dengan fakta yang ada di dunia nyata. Konsep multiverse yang dibudidayakan Marvel dalam film-film seri superhero mereka belum terbukti selaras dengan keadaan di dunia nyata, pun terjadi pada karya-karya J.K. Rowling yang kreativitasnya mengalir dan awet dikonsumsi publik. Hal itu pun terjadi pada film seri Godzilla dan Kong yang membawakan teori hollow earth yang menuai perdebatan akan fakta bahwa bumi tidaklah berongga.
Dilansir dari Alaska Science Forum, Raymond Bernard dalam bukunya The Hollow Earth yang terbit pada tahun 1979, percaya bahwa bumi merupakan sebuah cangkang dengan tebal dinding mencapai 800 mil dan di setiap kutubnya memiliki lubang sebesar 1400 mil untuk pergi menuju rongga bumi. Tak sampai di situ, masih banyak tokoh-tokoh yang percaya bahwa bumi tidaklah planet pejal tanpa ruang di dalamnya. Teori ini lantas menjadi bulan-bulanan bagi penulis-penulis karya fiksi yang nantinya dimodifikasi sesuai dengan imajinasi mereka.
Hollow Earth Theory Dalam Perdebatan Ilmiah hingga Karya Fiksi
Dalam salah satu artikel yang diunggah Wired, Matt Simon menjelaskan bahwa Edmond Halley, salah satu pemikir ilmiah terbesar dalam sejarah, percaya bahwa bumi merupakan cangkang-cangkang konsentris dan kutub sebagai medan magnetnya. Halley juga percaya ada kehidupan dengan kemajuan pesat di dalam sana.
Selain itu, Athansius Kircher, seorang penulis dari Jerman, dalam bukunya berjudul Mundus Subterraneus yang terbit pada tahun 1664 mengklaim bahwa di dalam bumi berisi pusat api dan danau bawah tanah, serta ruang lava. Ditambah dengan kutub utara sebagai tempat pusaran yang menyedot air ke dalam pusat api dan nantinya akan dikeluarkan melalui kutub selatan.
Tak hanya diperhatikan secara ilmiah. Teori tentang hollow earth ini menyebar dari mitologi-mitologi, cerita rakyat, hingga karya-karya seni dan sastra sejak akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-19. Dikutip dari Storied Illinois, Edgar Allan Poe adalah salah satu tokoh sastra yang turut percaya tentang teori bumi berongga.
Tokoh lainnya, John Symmes, seorang veteran perang dari Ohio, melemparkan kampanye nasional terkait bumi berongga dan mengusulkan ekspedisi untuk menemukan lubang menuju rongga bumi melalui kutub pada abad ke-18. Symmes meyakini bahwa bumi memiliki lubang di kutub utara dan selatan yang membuka akses ke dunia bawah tanah yang luas.
Konsep ini terus berkembang hingga masuk ke dalam karya-karya fiksi melalui buku dan film, serta terus menjadi subjek spekulasi dan petualangan yang tak terpecahkan. Salah satunya dilansir dari BBC Radio 4 Extra, Jules Verne, seorang penulis dari Perancis, mengeksplorasi teori bumi berongga dalam novelnya yang berjudul Journey to the Center of the Earth pada tahun 1864.
Sebelum Jules Verne dan karyanya tentang hollow earth, ada tokoh-tokoh sebelumnya yang turut mengembangkan teori hollow earth. Salah satunya adalah Ludvig Holberg pada tahun 1741 dalam novelnya berjudul Nicolai Klimii Iter Subterraneum tentang petualangan karakter utama yang jatuh ke dalam sebuah gua dan menemukan dunia di dalam bumi yang dihuni oleh makhluk aneh.
Di sisi lain, ada Giovanni Battista Piranesi pada tahun 1761 di dalam ilustrasinya yang disebut Carceri d’invenzione menggambarkan labirin bawah tanah yang luas dalam representasi visual dari konsep rongga bumi yang luas dan misterius. Kontribusi mereka dalam mempopulerkan konsep bumi berongga dalam fiksi memiliki dampak signifikan dan menginspirasi banyak karya fiksi pada masa-masa berikutnya.
Hollow Earth Theory dalam Karya Fiksi Abad ke-20
Seiring berkembangnya zaman, tentu teori hollow earth ikut berevolusi. Muncul di beberapa buku dan film, hollow earth memiliki beragam visualisasi dan ekosistem yang diabadikan melalui karya fiksi.
Salah satunya pada film adaptasi dari novel karya Jules Verne yang berjudul Journey to the Center of the Earth yang rilis pada tahun 2008. Disutradarai oleh Eric Brevig, film ini dianggap sebagai garapan adaptasi novel yang paling membekas walau memiliki beragam versi. Dalam film ini, hollow earth divisualisasikan sebagai alam dengan hewan-hewan kuno dan tumbuhan-tumbuhan berbahaya, serta memiliki wilayah perairannya sendiri.
Kemudian, film serial yang sedang naik daun dan sedang diperhatikan khalayak, yakni Godzilla x Kong: The New Empire yang rilis pada tahun 2024 karya sutradara Adam Wingard. Film ini lantas menjadi pemantik naiknya kembali teori hollow earth yang divisualisasikan dengan ciamik dan apik bersama beragam titan yang hidup di dalamnya.
Tak hanya film-film hollywood, anime Doraemon: Nobita and the Knights on Dinosaurs yang rilis pada tahun 1987 garapan Tsutomu Shibayama adaptasi dari manga berjudul Doraemon’s Long Tales: Noby and the Dino Knights. Meskipun membawa cerita tentang kehidupan dinosaurus, dalam anime ini menampilkan habitat dinosaurus yang ada di dalam bumi melalui terowongan bawah tanah.
Konsep dan teori hollow earth juga muncul pada film animasi Ice Age: Dawn of The Dinosaurs yang rilis pada tahun 2008. Dalam animasi ini, cerita yang dibawakan hampir serupa dengan Doraemon: Nobita and the Knights on Dinosaurs, tentang ekosistem dinosaurus yang hidup di dalam rongga bumi.
Dikutip dari Hipwee, tak hanya film-film yang mengembangkan teori ini sebagai unsur imajinatif dan estetika karya seni, penulis-penulis pun mengabadikan teori hollow earth melalui tulisan.
Salah satunya dalam buku karya Rodney Cluff berjudul World Top Secret Our Earth Is Hollow yang terbit pada tahun 2014. Dalam bukunya, Cluff menuliskan bahwa bumi memiliki rongga dan lubang pada 3 titik: pegunungan Himalaya, kutub utara, dan kutub selatan. Lubang-lubang tersebut menghubungkan permukaan bumi dengan intinya. Menariknya, rongga-rongga bumi ini digambarkan memiliki kehidupan lain seperti Adolf Hitler dan Nazi yang melarikan diri dari perang hingga alien dan suku-suku yang sudah musnah.
Sebagai kesimpulan, meskipun Hollow Earth Theory telah terbantahkan oleh ilmu pengetahuan modern, daya tariknya dalam imajinasi manusia tetap abadi. Konsep ini tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah pemikiran manusia, tetapi juga terus menginspirasi berbagai karya fiksi dan budaya populer.
Dari mitologi kuno hingga film-film modern, hollow earth memukau dan membangkitkan rasa penasaran, menawarkan petualangan tak terbatas di dunia bawah tanah yang penuh misteri. Dalam ruang imajinasi, batas-batas dunia nyata dapat terlewati, menjadikan hollow earth sebagai simbol kekal dari rasa ingin tahu manusia dan semangat petualangan yang tidak pernah padam.
Petricia Putri Marricy
IG: @mricyls
Email: petriciamarricy@gmail.com
you are in reality a just right webmaster The site loading velocity is incredible It seems that you are doing any unique trick In addition The contents are masterwork you have performed a wonderful task on this topic
Somebody essentially lend a hand to make significantly posts I might state That is the very first time I frequented your web page and up to now I surprised with the research you made to create this particular put up amazing Excellent job
Somebody essentially help to make significantly articles Id state This is the first time I frequented your web page and up to now I surprised with the research you made to make this actual post incredible Fantastic job