Karier Mursid, atau Mursyid Zona, tampak sedang bersinar terang. Betapa tidak, pada Desember 2024 lalu, ia berhasil memenangkan Food Creator of The Yeardalam ajang TikTok Awards Indonesia 2024.
Keberhasilan Mursid meraih pencapaian tersebut, tidak lepas dari konten FOMO yang ia kemas dalam akun TikTok pribadinya. Mengutip sebuah artikel dalam Diorama, konten pembuatan udang balon, yang beberapa kali gagal total, digemari para pengguna aplikasi berbagi video pendek tersebut.

Mursid dikenal tidak hanya melalui konten memasak saja. Ia dikenal sebagai seorang pembuat konten memasak, yang seringkali mengalami kegagalan dalam proses pembuatan sebuah masakan.
Kisah Mursid di atas tidak hanya soal bagaimana ia mengemas konten masak-memasak semata. Bagi Mursid, konten genre tersebut tidak hanya soal estetika, keberhasilan, dan rasa yang menggugah selera semata. Ia juga soal bagaimana proses dan kegagalan dikemas, yang akhirnya dapat memikat orang untuk mengikutinya.
Berawal dari Korban PHK
Kisah Mursid sebagai seorang pembuat konten yang sukses tidak datang begitu saja. Semua dimulai saat pandemi COVID-19 berlangsung.
Sebelum menjadi pembuat konten, Mursid adalah pekerja pabrik. Ia sering membagikan pengalamannya bekerja di pabrik melalui akun Facebook pribadinya.
Namun, ketika pandemi COVID-19, Mursid menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK). Ini membuatnya menjadi seorang penganggur.

Mengutip sebuah artikel dalam Suara.com, Mursid memutar otak agar tetap mendapatkan rezeki. Ia memilih TikTok sebagai jalannya, dengan membuat konten memasak. Siapa sangka, konten yang dibuat Mursid disukai pengguna TikTok, menjadikannya seorang bintang dunia maya.
Pendapatan dari TikTok membuatnya dapat menyambung hidup kembali. Bahkan, penghasilan dari membuat konten telah mengantarkannya ke arah kesuksesan finansial, dengan membeli dua motor dan membangun sebuah rumah bagi keluarganya.
Dua Keunikan Konten Memasak Mursid
Konten yang dibuat Mursid, yakni konten memasak, setidak-tidaknya memiliki dua keunikan. Pertama, Mursid tampil sebagai pembuat konten FOMO, dan kedua, ia menampilkan kegagalan dalam konten-kontennya.
Bagian pertama, yakni pembuat konten FOMO, tampil dalam bagian awal video. Video dimulai dengan seorang pembuat konten lain yang memasak sebuah masakan. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Mursid mencoba mereplikasi masakan tersebut, mengandalkan bahan dan alat yang ada di dapurnya.
Berbekal resep yang dibagikan dalam video pengantar, Mursid mencoba mengulangi kesuksesan sang pembuat konten. Ia mengikuti langkah demi langkah pembuatan, beserta bahan-bahan yang dicampurkan setahap demi setahap dalam proses pembuatan sebuah masakan.

Dalam proses pembuatan masakan ini, keunikan kedua muncul, yakni Mursid seringkali menampilkan kegagalan dalam proses replikasi. Alih-alih langsung berhasil dalam sekali membuat, Mursid seringkali harus mengalami kegagalan demi kegagalan ketika membuat masakan yang ia FOMO-kan.
Salah satu contoh yang menarik adalah ketika Mursid sedang membuat udang balon. Berbekal sebuah video dari pembuat konten lain, Mursid mencoba untuk membuatnya di rumah. Alih-alih berhasil, Mursid malah nelangsa karena berkali-kali gagal.
Namun, kegagalan Mursid membuat udang balon justru membuatnya viral di TikTok. Video tersebut juga mengantarkannya menjadi seleb TikTok arustama (mainstream), semakin dikenal tidak hanya oleh pengguna TikTok, tetapi juga oleh warga Facebook.
Pada akhirnya, Mursid berhasil membuat udang balon, setelah beberapa kali gagal. Keberhasilan Mursid, yang tentu membuat gemas penggemarnya dan pengguna TikTok yang lain, dirayakan oleh semuanya. Mursid, yang tidak pernah menyerah, akhirnya berhasil membuat udang balon yang sempurna.
Merayakan Kesuksesan dalam Kegagalan
Konten memasak Mursid, selain memiliki dua keunikan, juga memiliki satu warna khas yang membuatnya stand out dibandingkan pembuat konten memasak lainnya. Warna khas tersebut adalah Mursid tidak takut untuk menampilkan kegagalan.
Pembuat konten lain, utamanya dalam membuat konten memasak, lebih banyak berfokus pada penampilan imaji tentang kesuksesan. Imaji tersebut ditampilkan dari cara mengolah bahan, beraksi dengan alat-alat masak, hingga melalui plating yang cantik dan memikat.
Ketiga hal ini akhirnya bermuara ke satu titik, bahwa masakan yang sang pembuat konten tidak hanya akan berhasil bagi dirinya saja, tetapi juga bagi orang lain. Dengan mengikuti step-by-step yang ada, para pemirsa juga dapat mereplikasinya dengan mudah, dengan hasil yang setara dengan masakan yang dibuat sang pembuat konten.
Alih-alih menampilkan dengan imaji demikian, Mursid cenderung tampil sebagai pembuat konten memasak masyarakat kebanyakan. Tidak ada estetika khusus yang ia tampilkan dalam mengolah bahan serta beraksi dengan alat-alat masaknya. Justru, sebagai masyarakat kebanyakan yang mencoba meniru sebuah masakan, Mursid seringkali harus gagal dulu.

Kegagalan tersebut, alih-alih menjadi penegas Mursid tidak bisa memasak, justru menjadikannya sebagai pembuat konten yang membumi (down-to-earth). Ia tidak tampil sebagai seorang ahli, tetapi, sama seperti pemirsanya, hadir sebagai seorang warga yang mencoba untuk meniru masakan pembuat konten lain.
Kegagalan-kegagalan yang dialami Mursid dirayakan oleh para pemirsanya sebagai sebuah langkah untuk belajar, dari semula tidak berhasil menjadi berhasil mencapai tujuan. Seperti dalam membuat konten udang balon, meski Mursid empat kali mengalami kegagalan, ia akhirnya berhasil juga pada percobaan kelima. Bahkan, kegagalan demi kegagalan Mursid membuat pemirsa terus mengikuti quest Mursid untuk membuat udang balon.
Pada akhirnya, Mursid tidak hanya tampil sebagai pembuat konten memasak biasa. Ia hadir sebagai pembuat konten memasak yang merayakan kegagalan. Alih-alih berhenti karena gagal, ia terus mencoba dan mencoba, hingga akhirnya ia berhasil menyelesaikan quest memasak suatu olahan makanan. Itu menjadikannya seorang pembuat konten memasak yang turba(turun ke bawah), alih-alih bergerak ke atas.