Categories Essay Focus

Linkin Park, Faker, dan Raja Iblis yang Tak Terkalahkan

Paska meninggalnya Chester Bennington pada tahun 2017, Linkin Park terpaksa harus masuk kedalam periode hiatus. Setelah sekitar 7 tahun, pada tahun 2024, Linkin Park kembali dengan album baru mereka yang diberi nama “From Zero”.

Band rock asal California ini kembali dengan formasi baru, posisi vocal kini diisi oleh Emilly Armstrong yang juga merupakan vokalis band rock Indie Amerika Serikat bernama Dead Sara. Kemudian posisi drummer juga diisi oleh member baru yakni Colin Brittain. Kedua personil baru tersebut bersama dengan anggota original Linkin Park lainnya yakni Mike Shinoda, Farrell, Brad Delson, dan Joe Hanh, Linkin Park siap untuk aktif kembali dan memperlihatkan status mereka sebagai salah satu band rock papan atas di dunia.

Heavy is the Crown dan Raja Iblis

Salah satu lagu yang menjadi single perkanalan dari album terbaru Linkin Park adalah “Heavy is the Crown”. Lagu ini juga didapuk menjadi anthem utama dari League of Legends World Championship tahun 2024. Bekerjasama dengan Riot, Mike Shinoda selaku co-vocalist dan produser band menyatakan, “lagu ini adalah highlight dalam era baru perjalanan kami (Linkin Park).”

Heavy is the Crown” memperlihatkan kerjasama Linkin Park dan Riot, tampak dari bagaimana video klip lagu ini dikemas. Dibuka dengan rangkaian animasi yang memukau yang menampilkan pemain-pemain League of Legends (LoL) yang ikonik. Kita dapat melihat berbagai bendera ikonik para tim esports dunia seperti T1, BLG, LNG, Weibo Gaming, dan G2 Esports.

Salah satu yang menjadi kunci dari rangkaian video klip ini adalah Faker (Lee Sang-hyeok), mid-laner legendaris dari T1, yang sering dipuji sebagai The Unkillable Demon King atau Raja Iblis yang Tak Terkalahkan. Dari berbagai adegan yang muncul kita dapat melihat bahwa Faker menjadi sosok yang dominan dalam video klip ini. Ia terlihat jalan sambil membawa mahkota, dan juga muncul membuka gerbang dan memasuki pertarungan secara dramatis setelah bagian screaming dari sang vokalis Emilly Armstrong.

Menarik untuk melihat seperti apa sosok Faker sang bintang dalam dunia esports sehingga ia disebut sebagai Raja Iblis bahkan menjadi tokoh utama dalam video klip “Heavy is the Crown”. Konteks tentang sosok Faker menjadi penting untuk dipahami untuk melihat video klip ini lebih dalam dan bagaimana “Heavy is the Crown” merupakan metafora paling tepat dalam era baru Linkin Park.

Heavy is the Crown by Linkin Park. Courtesy of League of Legends
Dalam dunia esports, Faker adalah sosok yang tak tertandingi. Sejak memulai debutnya pada tahun 2013, ia secara konsisten mendominasi kancah kompetitif di League of Legends (LoL) dan berhasil menjuarai berbagai kompetisi bersama T1. Gelarnya, The Unkillable Demon King adalah bukti keterampilannya yang tak tertandingi. Ia adalah pemain yang mampu bermain dengan ketenangan di bawah tekanan, dan memiliki kemampuan untuk membalikkan keadaan dalam pertandingan-pertandingan penting.

Pada tahun debutnya di tahun 2013, Faker yang sudah tergabung kedalam tim besutan SK Telecom menghadapi CJ Entus Blaze. Faker yang pada saat itu masih seorang rookie dalam dunia profesional gaming harus berhadapan dengan Ambition (Kang Chan-yong) yang pada saat itu merupakan mid-liner top di Korea Selatan. Dalam pertandingan tersebut Faker berhasil mengalahkan Ambition dan bahkan mendapatkan First Blood yang membuat T1 berhasil memenangkan pertandingan.

Singkat cerita, perjalanan Faker terus diwarnai berbagai aksi menarik dan permainan yang cerdas dan berani. Di tahun 2024 dan umur 28 tahun, Faker telah mendapatkan status sebagai pemain dengan penghargaan terbanyak. Ia sudah memenangi World Championship sebanyak 5 kali, kemudian Mid-Season Invitational sebanyak 2 kali, dan 10 kali memenangi LCK & Champions Korea. Pencapaiannya yang gemilang membuatnya disebut sebagai Raja Iblis yang Tak Terkalahkan oleh penggemarnya di Korea Selatan.

Semangat Raja Iblis yang Tak Terkalahkan

Dalam kisah lainnya tentang perjalanan dan ketahanan dalam mempertahankan karir, Linkin Park menghadapi tantangan terbesar mereka setelah meninggalnya Chester Bennington secara tragis pada tahun 2017. Masa depan band tersebut tampak tidak pasti, terlebih melihat banyak band yang harus rela menghilang jika kehilangan vokalis mereka. Namun, kembalinya mereka pada tahun 2024 dengan “From Zero” menandai comeback yang penuh kemenangan, baik bagi Linkin Park maupun penggemar mereka.

Lagu-lagu seperti “Heavy is the Crown” dan “The Emptiness Machine” beresonansi dengan penonton, memadukan elemen-elemen nostalgia dari suara nu-metal mereka sebelumnya dengan energi yang segar dan inovatif. Kesuksesan album tersebut mendorong mereka kembali ke puncak tangga lagu. Pencapaian ini menunjukkan kemampuan mereka untuk menemukan jati diri baru tanpa kehilangan esensi dan jiwa mereka.

Dari Heavy is the Crown, dapat tercerminkan bahwa Faker dan Linkin Park memiliki sebuah kesamaan, yakni keinginan untuk mengatasi tantangan dan tetap menjadi yang terbaik. Kemampuan Faker untuk beradaptasi dengan perkembangan dunia game yang terus berubah mencerminkan evolusi Linkin Park dalam industri musik yang terus menuntut perubahan.
Faker dari tim SK Telecom T1

Meskipun tantangan datang, mereka muncul lebih kuat, dan terus siap untuk berkarya dan meninggalkan warisan mereka. Linkin Park yang sudah hampir “menghilang” tergerus tantangan dan perkembangan jaman termasuk trend music, berhasil menggebrak dengan formasi baru bersama Emilly Armstrong dan Colin Brittain.

Sebagai penggemar Linkin Park sejak lama, saya menyadari bahwa memang sosok Chester Bennington susah dipisahkan dari Linkin Park. Suara khas milik Chester sudah terekam kuat di benak para insan pencinta musik dengan berbagai hits seperti Numb, What I’ve Done, Crawling, dan hits Linkin Park lainnya. Sulit juga untuk terbiasa dengan sosok Emilly ketika mendengar hits klasik Linkin Park.

Namun album “From Zero” berbeda. Ia diciptakan dengan jiwa yang baru. Album ini berisi lagu-lagu yang memang cocok dengan Emilly Armstrong. Album yang menandakan era baru Linkin Park ini memperlihatkan keajaiban, bahwa roh dalam bermusik tetap tidak hilang meskipun harus berganti vocal. Selain menjadi pemilik vocal yang paling tepat bagi album From Zero, Mungkin diluar berbagai opsi yang ada, Emilly juga yang paling mendekati dalam hal kecocokan untuk menyanyikan hits lama Linkin Park yang tidak lagi bisa dinyanyikan Chester.

From Zero menjadi catatan kebangkitan Linkin Park setelah hiatus selama kurang lebih 7 tahun. NME mencatat From Zero sebagai ‘rock biggest comeback album in recent history’. Dalam hal ini, Faker dan Linkin Park adalah sesama perwujudan modern dari “Raja Iblis yang Tak Terkalahkan”, yang menginspirasi penggemar di seluruh dunia untuk bertahan dan unggul dalam menghadapi kesulitan.

Dalam dunia di mana ketenaran cepat berlalu dan trend yang cepat berubah, sering kali menutupi peninggalan dan legenda yang bertahan lama. Perjalanan Faker dan Linkin Park terlihat menonjol dalam era modern ini. Mereka mengingatkan kita bahwa kehebatan sejati bukan hanya tentang keberhasilan di awal, tetapi kemampuan untuk bertahan, beradaptasi, dan melangkah maju. Baik di medan perang virtual League of Legends atau panggung musik global, kedua sosok ini membuktikan bahwa semangat raja iblis yang tak terkalahkan mampu melampaui medium, dan tetap mampu menginspirasi generasi mendatang.

Written By

Demon Lord (Editor-in-Chief) of Monster Journal.
Film critics, and pop-culture columnist.
A bachelor in International Relations, and Master's in Public Policy.
Working as a Consultant for Communications and Public Affairs.

(radarbahurekso@gmail.com)

More From Author

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

You May Also Like