Categories Film Review

Review, Spiderman: Far From Home (2019)

Belum ada tiga bulan sejak para penikmat film superhero disuguhkan dengan Avengers: Endgame yang menjadi konklusi epik dari 22 film dan 11 tahun perjalanan Marvel Cinematic Universe, sebuah film yang mampu secara cemerlang menjadi klimaks dari sebuah perjalanan.

Tidak lama setelah kekalahan Thanos dan kematian beberapa superhero, fenomena ‘Blip’ masih menjadi percakapan publik di berbagai forum. Mereka yang terkena ‘Blip’ tidak semakin tua, sedangkan yang tersisa mereka terus bertumbuh dan menua selama 5 tahun.

Peter Parker (Tom Holland) sebagai salah seorang yang terkena Blip bersama beberapa temannya seperti Ned (Jacob Batalon) dan juga MJ (Zendaya), mereka masih menjadi murid sekolah berumur 16 tahun seperti saat mereka sebelum menghilang akibat jentikan jari Thanos.

Kali ini dalam Spiderman: Far From Home, Peter Parker memperlihatkan pergumulannya setelah kepergian Tony Stark atau Iron Man. Peter Parker merasa kehilangan sosok panutan dan ia juga merasa ketakutan akan ketiadaan Tony Stark sebagai pemimpin Avengers yang dapat melindungi Bumi dari berbagai ancaman.

Spiderman: Far From Home mampu memperlihatkan pergumulan tersebut secara mempesona ciri khas Spiderman, the friendly neighbourhood superhero. Film ini terasa ringan, menghibur, namun tetap terasa emosional.

Setelah Thanos tiada dan masyarakat masih kembali beradaptasi dengan kehidupan paska-Blip, Peter Parker melakukan studi tur bersama kawan-kawan sekolahnya ke berbagai tempat di Eropa seperti London, Venesia, Praha, dan Berlin. Saat  studi tur, Peter Parker dihubungi oleh Nick Fury (Samuel L. Jackson) untuk melawan elemental monster yang menyerang beberapa kota tempat ia melakukan studi tur.

Kemudian munculan sosok Mysterio (Jake Gyllenhaal) yang akan membantu melawan elemental monster tersebut. Tak lupa Tom Holland pun mendapatkan hadiah atau kenang-kenangan dari mendiang Tony Stark yakni berupa kacamata A.I yang memiliki akses kedalam seluruh sistem keamanan Stark Industries. Kacamata tersebut diberikan sebagai bentuk mandat untuk Spiderman agar mampu menjadi sosok yang bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan Iron Man.

Trailer, courtesy of Sony Pictures

Disinilah kita bisa melihat plot cerita yang dibuat secara cerdas. Plotnya ringan dan sederhana namun tetap mendalam. Tatkala mendapat permintaan untuk melawan monster dari Nick Fury, Peter Parker terjebak dalam dilema antara ikut bertempur dan menyelamatkan bumi atau bersikap bodo amat dan menikati liburan serta mengejar keinginannya untuk bisa menikmati hal romantis bersama MJ. Kutipan Spiderman di sekitar awal film yakni “I didn’t think I was going to have to save the world this summer” adalah sebuah pengingat tentang superhero yang satu ini hanyalah seorang anak remaja.

Spiderman juga secara sempurna memperlihatkan identitasnya sebagai a friendly neighbourhood superhero yang masih remaja. Spiderman memperlihatkan secara jelas tentang cinta dan kehilangan, ia juga memperlihatkan harapan dan juga keputusasaan, kepercayaan dan penghianatan, juga tanggung jawab dan pilihan hidup. Terlebih lagi dilengkapi dengan adegan aksi, humor, dan adegan romantis yang tentunya ringan dan menghibur.

Mysterio juga mampu menjadi sosok antagonis yang baru dan yang dibutuhkan oleh MCU pasca Thanos. Mysterio mampu memperlihatkan sosok antagonis yang sesuai dengan tone film Spiderman dengan gravitas yang juga mirip seperti Vulture dalam Homecoming.

Meski film ini mampu dengan cerdas menampilkan sisi remaja dan manusiawi dari sosok Peter Parker tapi dengan tetap membawa sisi tanggung jawab sebagai superhero, Spiderman: Far From Home tidak begitu baik dalam mengeksekusi struktur alur cerita.

Beberapa kali film ini justru kurang mampu memperlihatkan ancaman yang memang seharusnya diperlihatkan. Adegan terakhir di London pun tidak memperlihatkan sebuah puncak cerita yang mampu menjadi klimaks yang seharusnya bisa membuat penonton merasa “bersyukur akhirnya si jahat kalah”. Tensi adegan pertarungan akhir tidak cukup menengangkan dan kemudian tensi turun dengan cepat setelah pertarungan berakhir.

Meski tampil dengan klimaks yang kurang nendang, Far From Home adalah film superhero dengan konstruksi cerita yang baik. Filmnya lucu, menghibur, dinamis, menampilkan banyak visual efek, terlebih lagi dengan tone cerita khas Spiderman.

Spiderman: Far From Home secara jelas memperlihatkan sebuah ruang yang kompleks tentang sosok pahlawan super yang tidak sempurna, yang masih terikat dengan kenikmatan kehidupan remaja. Tentang sosok superhero yang masih rentan terhadap sikapnya dalam mengambil sebuah keputusan. Namun biar bagaimanapun, ia masih tetap seorang superhero.

 

Our Score (8/10)

 

 

Judul                   : Spider-Man: Far From Home
Produksi             : Columbia Pictures, Marvel Studios, Pascal Pictures
Sutradara           : Jon Watts
Penulis Cerita    : Chris McKenna, Erik Sommers
Pemeran             : Tom Holland, Samuel L. Jackson, Zendaya, Jake Gyllenhaal, Cobie Smulders, Jacb Batalon, Marisa Tomei

 

 

 


Oleh : Putu Radar Bahurekso
t : @puturadar | ig : putu.radar


 

Written By

Demon Lord (Editor-in-Chief) of Monster Journal.
Film critics, and pop-culture columnist.
A bachelor in International Relations, and Master's in Public Policy.
Working as a Consultant for Communications and Public Affairs.

(radarbahurekso@gmail.com)

More From Author

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

You May Also Like