Sekarang adalah waktu yang membanggakan bagi dunia perfilman Indonesia, dengan kehadirannya Jagat Sinema Bumilangit dan juga Jagat Satria Dewa maka Indonesia kini tidak kalah saing dibanding Hollywood. Film yang dirilis pada pertengahan 2022 ini akan membuka cinematic universe baru lagi yaitu Satria Dewa: Gatotkaca sebagai film perdana dalam Jagat Satria Dewa.
Satria Dewa: Gatotkaca adalah hasil dari sutradara veteran Hanung Bramantyo yang berpengalaman di dunia film romantis dan komedi, kini ingin mencoba film aksi dengan tema pahlawan super. Bagaimana hasilnya? Berantakan. Ada tiga masalah di film Gatotkaca, pertama adalah iklan dan product placement yang berlebihan, action scene yang diedit kurang rapi dan terakhir eksposisi yang terlalu banyak.
Sebelum membahas permasalahan dari film ini, alangkah baiknya kita mengetahui sinopsis singkat dari film ini. Cerita film dimulai dengan seorang anak kecil bernama Yuda (Rizky Nazar) dan ibunya Arimbi (Sigi Wimala) yang ditinggal oleh ayahnya Pandega (Cecep Arif Rahman). Mereka berdua harus sering berpindah-pindah rumah karena mereka berdua menjadi target sasaran sebuah pasukan dengan tujuan yang belum diketahui oleh Yuda.
Beberapa tahun kemudian, Yuda sedang membantu sahabatnya Erlangga (Jerome Kurnia) dalam mendokumentasi wisudanya namun tanpa disangka Erlangga diserang oleh seorang yang diketahui nanti berasal dari pasukan yang sama menyerang ibunya. Yuda pun akhirnya ingin mengetahui siapa orang-orang ini yang telah membuat hidupnya penuh dengan tragedi. Ia lalu dibantu oleh Agni (Yasmin Napper) seorang teman dari Erlangga dan sekelompok yang bertujuan sama dengan Yuda.
Itulah kurang lebih sinopsis dari Satria Dewa: Gatotkaca. Sekarang waktunya membahas permasalahan yang cukup vital. Yaitu iklan di film ini yang jumlahnya sungguh membuka mata, tentu saja praktis ini sudah umum dilakukan bahkan oleh film luar. Masalahnya adalah jumlah dan bagaimana iklan tersebut merusak narrative flow dari cerita film ini.
Terdapat beberapa transisi yang sebenarnya bisa membuat film ini menjadi spesial, yaitu kehadirannya para Punakawan (Petruk, Bagong, Gareng, Semar) menghibur selama durasi film yang panjang yaitu 2 jam 9 menit. Namun karena transisi ini digunakan untuk iklan, maka hal ini malah merusak alur cerita dari film. Kita seperti menonton film di tv swasta yang terpotong iklan, sungguh menyebalkan bukan.
Hal kedua yang sama menyebalkan adalah editan brutal yang dilakukan kepada adegan berantem. Saking brutalnya kita bahkan tidak tahu siapa menonjok siapa. Tonjokan yang tanpa dilihatkan tiba-tiba orangnya udah terpental. Disayangkan sekali karena ada dua aktor yang sudah sangat paham tentang film aksi yaitu Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman.
Satu hal yang menjadi penyelamat adalah adegan berantem ketika Yuda sudah berubah menjadi Gatotkaca yang alias beralih ke berantem CGI. Ketika di bagian ini, kita benar-benar merasa berantem di atas langit dan terbang kesana kemari. Tapi sebelum kita sampai ke bagian yang menyenangkan ini, kita harus mendengarkan eksposisi demi eksposisi. Walaupun dikemas secara variatif, ada yang diceritakan secara langsung, melalui flashback dan yang kreatif adalah secara animasi bergaya komik.
Tapi kita menonton film aksi bukan dokumenter yang kita perlu tahu segala hal sebelum paham ceritanya, lebih baik beberapa eksposisi tidak diceritakan namun ditunjukkan saja. Karena akhirnya terlalu banyak informasi dan semuanya malah tidak menyangkut sama sekali. Pacing film pun akhirnya terpengaruh, karena terlalu cepat demi memuat sebanyak informasi sesingkat mungkin. Dibalik segala kekurangannya, ada satu hal yang menaikkan nilai film ini yaitu romansa dari Yuda dan Agni yang sangat natural dan selayaknya hubungan di dunia nyata. Hal ini tidak asing karena Hanung Bramantyo memang sudah ahlinya dalam hal percintaan.
All in all, film Satria Dewa: Gatotkaca adalah film yang terlalu berambisi dan salah arah sehingga film ini berantakan baik dari segi pacing, alur narasi, editing pasca produksi dan iklan yang berlebihan. Ingatlah kepada sesuatu pepatah yang berkata,“Don’t fly too close to the sun or you’ll get burned.”
Our Score (4.5/10)
Judul: Satria Dewa: Gatotkaca
Produksi: Satria Dewa Studio
Sutradara: Hanung Bramantyo
Penulis: Hanung Bramantyo, Rahabi Mandra, Tesadesrada Ryza
Pemeran: Rizky Nazar, Sigi Wimala, Yayan Ruhian, Cecep Arif Rahman, Yasmin Napper, Jerome Kurnia