Sejak akhir Agustus 2023, dunia VTuber (Virtual YouTuber) Indonesia diterpa isu kurang menyenangkan. Pasalnya, identitas salah satu VTuber agensi Hololive Indonesia (Holo ID), Kobo Kanaeru, diduga bocor ke publik. Banyak warganet menduga Stephanie Floriska sebagai sosok di balik karakter Kobo Kanaeru, meski belum ada yang memastikan kebenaran dugaan tersebut hingga kini.
Meski isu tersebut tidak mempengaruhi Kobolonimbus, sebutan untuk fans Kobo Kanaeru, maupun Kobo Kanaeru sendiri, doxxing yang dilakukan warganet dianggap meresahkan oleh fans Kobo dan para anggota komunitas VTuber. Justru, sejumlah fans VTuber menyuarakan dukungan kepada Kobo agar tetap kuat menghadapi isu miring tersebut.
Tindakan doxxing warganet terhadap Kobo Kanaeru memantik kembali diskursus mengenai privasi seorang VTuber. Seorang VTuber biasanya menjaga identitas asli mereka dari publik dan fans. Jika mereka gagal melakukannya, bukan tidak mungkin ia akan bernasib seperti Raime Amamiya yang harus mengumumkan kelulusanya.
Mengapa mereka harus menjaga privasi mereka? Menurut Liutmila Bredikhina dalam artikel Designing Identity in VTuber Era, privasi adalah bagian yang integral dalam kehidupan seorang VTuber. Dengan membuat identitas mereka anonim, mereka dapat mengembangkan identitas karakter yang mereka perankan secara lebih leluasa, tanpa perlu terlihat aneh atau cringe.
Seperti virtual avatar dalam era internet dewasa ini, seorang VTuber dapat mengembangkan identitas yang jauh berbeda dengan karakter mereka sehari-hari. Seseorang yang tampil tertutup, pendiam, dan tak banyak berbicara di dunia nyata dapat menjadi sosok yang ceria, periang, serta aktif berbicara dan menyampaikan ide dan gagasan di internet. Melalui karakter dua dimensi yang mereka kreasikan, mereka mewujudkan sebuah identitas baru di ruang publik.
Tidak jarang, seorang VTuber mengaitkan identitas mereka di dunia nyata dalam identitas virtual mereka. Mengutip Natalie Yeo dalam artikel VTubers: The Appeal of Creating a Public, Virtual Identity, kebiasaan mereka di dunia nyata sering terbawa di dunia virtual, yang diwujudkan dengan sinkronisasi antara identitas sebagai VTuber dan orang di balik karakter yang dimainkan.
Meski begitu, penekanan pada identitas yang anonim membuat hal tersebut tersamarkan di mata publik. Mereka seolah melihat hal tersebut hanya sebagai identitas integral sang VTuber, tanpa berpikir apakah hal yang dilakukan ketika melakukan streaming juga ia lakukan di dunia nyata.
Membocorkan identitas pribadi, baik melalui titik terkecil, merupakan tindakan yang tidak boleh dilakukan seorang VTuber. Menurut Kusuma Wijaya dkk. dalam artikel The Language of Cyber Gender Anonimity on Hololive Virtual Youtubers, setiap VTuber, terutama yang bernaung di bawah agensi, tidak boleh membuka identitas publik mereka. Hal ini dilakukan, selain untuk menghindari doxxing, juga untuk menjaga hubungan dengan para fans.
Sebagian besar VTuber berlindung di balik karakter yang mereka perankan, dan hanya tampil melalui suara. Jika mereka harus menampilkan anggota tubuh, seperti yang dilakukan beberapa VTuber Hololive, mereka menutupinya dengan kain, seperti sarung tangan dan lainnya. Jika seorang VTuber enggan menampilkan suara asli mereka, mereka menggunakan alat voice charger untuk menyamarkan suara mereka.
Sejauh ini, hanya beberapa VTuber yang menampilkan wajah mereka ke publik. Salah satu dari mereka, Kson, seorang VTuber yang saat ini bernaung di bawah agensi VShojo, menampilkan wajahnya dalam livestreaming pada 2021. Meski telah menampilkan wajahnya, fans Kson tidak merasa keberatan dengan hal tersebut. Di kalangan fans VTuber Indonesia, wajah Kson sering diidentikan dengan Soimah, seorang artis Indonesia.
Lalu, apa arti anonimitas seorang VTuber bagi seorang fans? Menurut Zhhicong Lu dkk. dalam artikel More Kawaii than a Real-Person Live Streamer, hal tersebut membantu fans untuk tetap berada dalam dunia fantasi mereka. Melalui wawancara dengan 21 partisipan, Lu menemukan bahwa identitas seorang VTuber yang dapat mengembangkan imaji yang bebas membantu fans untuk lebih dekat dengannya.
Melalui imaji, fans dapat lebih melekat dengan seorang VTuber. Sang VTuber mendapatkan kentungan finansial melalui super chat maupun donasi. Sementara, para fans mendapatkan kentungan timbal balik karena imajinasi mereka mengenai seorang karakter yang sempurna dapat terwujud, meski hanya dalam ruang virtual.
Pada akhirnya, sikap anonim seorang VTuber tidak hanya perkara menghindari doxxing semata. Itu merupakan salah satu metode untuk mengembangkan imaji karakter virtual yang sempurna bagi para fans dan masyarakat luas. Dengan menjadi anonim, selain dapat mengembangkan identitas dengan lebih leluasa, VTuber dapat tetap memperoleh keuntungan kapital dan pasar, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi agensi.