Keseimbangan alam ialah sebuah konsep mendasar tentang kehidupan dan perputaran semesta. Konsep ini bukan hanya filosofi manusia semata tapi sebuah pengetahuan alam yang terbukti. Keseimbangan alam menciptakan dan menjaga rantai makanan, keseimbangan alam hadir dalam bentuk malam dan siang yang membuat manusia tahu kapan waktu bekerja dan kapan waktu beristirahat.
Rwa Bhineda, begitulah masyarakat Hindu Bali mengenalnya. Yakni dua hal berbeda dalam kehidupan yang selalu menjadi satu entitas yang tak bisa dipisahkan.
Keseimbangan alam hadir dalam keseharian manusia, ada siang ada malam, ada hujan ada kering, ada yang terbang dan ada yang tenggelam, ada kehidupan dan ada kematian, dan juga ada kejahatan juga kebaikan. Segalanya hadir berpasangan untuk menjaga keseimbangan alam. Segalanya hadir untuk terus mengisi dimensi dari setiap laju jaman dan waktu.
Dalam sebuah kisah epos Mahabaratha, terdapat sebuah tokoh bernama Kala Rau yang merupakan sesosok raksasa. Ia menyamar menjadi sosok Dewa saat proses pemutaran gunung Mandara Giri untuk memperoleh air suci kebadian. Dewa Wisnu yang mengetahui penyamaran Kala Rau kemudian melepaskan panahnya.
Panah dari Dewa Wisnu tersebut berhasil memisahkan badan dan kepala Kala Rau. Kepala Kala Rau diceritakan melayang diangkasa dan dipercaya menjadi penyebab gerhana bulan saat berusaha menelan Dewi Ratih (Dewi Bulan).
Dari kisah inilah, cerita sendra tari Sang Waktu diangkat. Sendra tari ini ditampilkan di Galeri Indonesia Kaya pada Kamis (11/07) oleh Sanggar Tari Nilotama melalui arahan I Gede Adiputra selaku sutradara, I Gusti Agung Jelantik selaku pimpinan produksi, Putu Deasy Ariastuti selaku penata gerak, juga Ketut Catur Widana, Nyoman Sudiani, dan Aditya Wisnawa selaku penata iringan musik. Tak lupa iringan sinden yang dilakukan oleh Nyoman Sudiani.
Dalam pertunjukan yang berjalan kurang lebih selama 1,5 jam ini, diceritakan bahwa Kala Rau sangat berniat mempersunting Dewi Ratih. Namun penolakan Dewi Ratih membuat Kala Rau marah dan kemudian berusaha menelan Dewi Ratih.
Pertunjukan ini menggabungkan penampilan olah tubuh tradisional khas Bali dan juga gerakan modern. Iringan musiknya juga tak hanya gamelan namun juga terdapat lantunan gitar listrik yang dimainkan secara akustik dalam beberapa bagian. Hal ini membuat pertunjukan Sang Waktu terasa lebih ringan dan lebih mudah dinikmati, terlebih para pemerannya juga yang didominasi oleh para pelajar.
Banyak orang percaya bahwa Surya (Matahari) adalah pasangan dari Bulan, seperti siang dan malam. Namun belum tentu demikian, dari kisah ini bisa jadi justru Bulan (Dewi Ratih) adalah entitas yang diciptakan untuk saling melengkapi dan menyeimbangkan alam bersama dengan Kala Rau.
Keindahan Bulan memang selalu dipuja baik oleh seniman, pujangga, maupun pendosa. Kalau Rau pun salah satu entitas yang mengaggumi keindahan Bulan tersebut. Namun bisa jadi justru Dewi Bulan adalah terang yang diciptakan untuk kegelapan yang dihadirkan oleh Kala Rau, agar keseimbangan di bumi dan tata kelola dari tata surya tetap terjaga.
Oleh : Putu Radar Bahurekso
t : @puturadar | ig : putu.radar