Ya [A]llah… kenapa anak seperti nia harus mengalami kematian yg sangat tragis… ungkap Risma Hafiz, seorang anggota grup Nia Kurnia Sari lovers. Ungkapan kesedihan Risma terdengar nyaring, ketika ia menyaksikan video lama Nia Kurnia Sari bersama keluarganya.
Tentu, sebagai penggemar Nia Kurnia Sari, ia hanya bisa melihat momen tersebut melalui rekaman masa silam, mengingat Nia telah tiada. Nia, seorang gadis penjual gorengan, menjadi korban pembunuhan dan pemerkosaan pada 6 September 2024 silam.

Kasus tersebut begitu membekas di hati masyarakat, mengingat kekejaman sang pembunuh menghabisi nyawa Nia. Seperti yang diungkapkan keluarga Nia, mereka berharap IS, sang pelaku, dihukum seberat-beratnya.
Kesedihan Risma Hafiz terhadap kepergian Nia Kurnia Sari menjadi perwujudan penciptaan imaji terkait peristiwa kematian Nia. Media arustama menyajikan kisah Nia menjadi sebuah tragedi, mengemasnya menjadi sebuah imaji.
Penciptaan Imaji Gadis Penjual Gorengan oleh Media Arustama
Kisah Nia Kurnia Sari berawal dari postingan media sosial yang melaporkan hilangnya Nia. Mengutip pemberitaan Sumbar Kita, Nia dilaporkan hilang sejak 6 September 2024 pukul 18.00 WIB. Dalam pemberitaan tersebut, dilaporkan bahwa Nia merupakan pedagang goring asongan, yang berkeliling sejak pukul 16.00 hingga 18.00 WIB.

Dua hari kemudian, jenazah Nia Kurnia Sari ditemukan di lahan perkebunan di Korong Pasa Gelombang, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. Mengutip Langgam.id, keisengan seorang anak kecil yang menemukan tali rafia dan menariknya membuat jenazah Nia akhirnya muncul.
Tidak butuh waktu lama bagi kepolisian untuk menangkap sang pelaku. Pada 19 September 2024, Indra Septiawan, ditangkap di sebuah rumah warga di Nagari Kayu Taman, Padang Pariaman. Ia bersembunyi di loteng rumah. Video penangkapan Indra viral di media sosial.
Sejak ditemukannya jenazah Nia Kurnia Sari hingga penangkapan Indra Septiawan, media arustama Indonesia mengemas kehidupan Nia Kurnia Sari sebagai gadis penjual gorengan. Seperti yang terlihat dalam pemberitaan Solo Balapan(bagian Jawa Pos), mereka menegaskan kalimat Ternyata Penjual Gorengan Keliling! untuk menggambarkan Nia. Kisah tersebut diberikan bumbu berikutnya oleh Akurat Jakarta, yang mengungkapkan bahwa Nia melakukan profesi itu demi Biayai Kuliah Adik.

Pemberitaan media arustama semakin masif seiring dengan atensi yang diberikan warganet terkait kematian Nia Kurnia Sari. Melansir pemberitaan Tempo.co dan VIVA.co.id, mereka menyajikan kabar mengenai viralnya video Nia saat menjajakan gorengan. Juga, Tribun Medanmenyajikan berita tentang reaksi pacar Nia usai mengetahui kekasihnya telah tiada.
Bahkan, media arustama mengulik lebih dalam tentang kehidupan pribadi Nia Kurnia Sari. Melansir pemberitaan Tribunnewswiki, curhatan terakhir Nia Kurnia Sari dalam pesan chat diberitakan oleh mereka. Dituliskan, bahwa Nia sedang membahas perihal utang, dan ingin segera melunasi utang-utang yang ada.
Pemberitaan yang begitu intensif oleh media arustama, mendorong terciptanya mitos Nia Kurnia Sari sebagai gadis penjual gorengan. Seperti yang diungkapkan Asti Tresna Yolanda dalam artikel Homo Sapiens, Media, dan Masa Depan Mitos Modern, media memainkan peran utama dalam penciptaan imaji-imaji baru di era modern.

Dalam kasus Nia Kurnia Sari, media arustama membangun imaji bahwa Nia Kurnia Sari adalah seorang gadis penjual gorengan yang tak berdaya, yang kehilangan mimpi untuk melunasi utang dan berkuliah di tangan Indra Septiawan. Imaji ini, selain membangun imaji bahwa Nia adalah seorang gadis mungil tak berdaya, juga mendorong terciptanya konstruksi berikutnya tentang Nia setelah dimakamkan.
Bertransformasi menjadi Wali Berwujud Penjual Gorengan
Kisah penciptaan imaji Nia Kurnia Sari tidak berhenti sampai di sini. Setelah Nia dimakamkan dan beristirahat dengan tenang, imaji tersebut berkembang lebih jauh lagi.
Perubahan imaji dimulai dengan pemberitaan yang mengabarkan munculnya bau harum di kuburan Nia Kurnia Sari. Melansir pemberitaan Okezone, warga yang ziarah ke makam tersebut mengaku mencium bau harum di makam Nia.

Pemberitaan tersebut, berkembang lebih jauh, mendorong banyak warga untuk berziarah ke makam Nia Kurnia Sari. Para peziarah mengaku bahwa mereka seperti menemukan keajaiban ketika berada di pusara Nia. Keajaiban tersebut antara lain aroma wangi yang menguar di sekitar tanah makam, dan gelombang antusiasme masyarakat untuk melakukan ziarah.
Makam Nia Kurnia Sari, bisa dikatakan muncul sebagai sebuah destinasi wisata baru bagi masyarakat Padang Pariaman. Ini mendorong beberapa pihak menggunakan makam Nia sebagai objek pembuatan produk budaya populer.
Misramolai, seorang penyanyi Minang, sebagai contoh yang populer, melakukan syuting video klip di pusara Nia. Syuting tersebut melahirkan sebuah berjudul Jojoan Gorengan Basabuang Nyao, menggambarkan kisah pilu Nia Kurnia Sari.
Dalam tahap ini, imaji Nia Kurnia Sari tidak lagi terlahir sebagai gadis penjual gorengan. Ia telah menjadi seorang yang dapat dikatakan suci murni dan membawa keberkahan. Kisah kehidupannya, atau lebih tepatnya kisah kematiannya, menjadi suri tauladan bagi siapa pun yang ingin mengurangi kehidupan ini.
Realita serupa dapat kita temukan dalam tradisi ziarah wali. Mengutip Claude Guillot dan Henri Chambert-Loir dalam buku Ziarah dan Wali di Dunia Islam, makam wali adalah tempat untuk mengungkapkan perasaan religius yang sebebas-bebasnya. Terkadang, dalam proses tersebut, mengutip Lukman Santoso Az dalam artikel Mengurai Benang Merah Tradisi Ziarah Wali, makam wali, sebagai sesuatu yang keramat, dipercaya dapat memberikan keberkahan bagi yang berziarah ke sana.
Makam Nia Kurnia Sari, oleh media arustama dan warganet melalui konten media sosial, mengubah sekali lagi imaji gadis penjual gorengan menjadi wali berwujud penjual gorengan. Kehidupan Nia menjadi semakin bersih, semakin putih, dan semakin murni. Melalui berkah aroma harum dan ramainya gelombang peziarah, Nia tampil sebagai sosok yang suci layaknya seorang wali.
Pembunuhan Nia: Kematian Malaikat di Tangan Iblis Jahanam
Ketika imaji tentang Nia Kurnia Sari berubah dari gadis penjual gorengan menjadi wali berwujud penjual gorengan, bagaimana penggambaran kisah pembunuhan Nia berikutnya.
Untuk menjawab ini, kita perlu melihat bagaimana media arustama, utamanya televisi, mengkonstruksikan karakter serba-baik dan serba-jahat. Serba-baik selalu bergesekan dengan serba-jahat. Serba-jahat, meski di awal-awal menang, mereka akan berakhir kalah melawan serba-baik, yang muncul sebagai pemenang.
Mirip apa kisah tersebut? Ia mirip penggambaran karakter protagonis dan antagonis dalam sinetron Azab. Karakter serba-jahat, yang selalu jahat, menang di awal episode. Lambat laun, ia menerima azab dari Tuhan dan doa sakti sang karakter serba-baik, dan meninggal dunia. Ketika dimakamkan, ia menerima berbagai hukuman tiada henti, yang terkadang tidak masuk akal, oleh Tuhan.
Kisah pembunuhan Nia, dari semula kisah pembunuhan seorang gadis oleh seorang pemuda, berubah menjadi kisah antara serba-baik dan serba-jahat. Nia, sebagai karakter serba-baik, meregang nyawa di tangan Indra, sang serba-jahat. Indra ditangkap polisi—bahkan video ketika celananya melorot dan menjadi bahan tertawaan viral di media sosial—menggambarkan azab yang diterima Indra. Nia, meski telah tiada, berhasil menang dan menampilkannya dalam wujud berkah di makamnya.
Oleh imaji wali berwujud pembuat gorengan, kisah pembunuhan Nia Kurnia Sari yang berkembang di media arustama dapat dilihat sebagai kisah kemenangan serba baik melawan serba-jahat. Ia tak lagi tampil sebagai kisah pembunuhan biasa, yang selalu menghiasi media arustama setiap waktu. Ia menjadi sebuah imaji, yakni berwujud kematian sang malaikat serba-baik di tangan iblis jahanam serba-jahat, yang kemudian terlahir kembali sebagai seorang wali.
Pada akhirnya, media arustama menciptakan imaji terkait kematian Nia Kurnia Sari. Berawal dari pemberitaan yang intensif, mereka mengubah Nia menjadi gadis penjual gorengan, dan kemudian menjadi wali berwujud penjual gorengan. Imaji wali berwujud penjual gorengan kemudian mengubah pemaknaan terkait kisah pembunuhan Nia, dari cerita pembunuhan biasa, berubah menjadi kisah kematian malaikat di tangan iblis jahanan.
Ini menjadikan Nia tidak meninggal sebagai seorang gadis; Ia meninggal sebagai seorang malaikat serba-suci, dibunuh oleh Indra Septiawan sang iblis serba-jahat. Namun, Nia terlahir kembali menjadi seorang wali, yang digambarkan melalui pusaranya yang menampilkan keajaiban dan keberkahan.