“Kangen jaman2 ini. Sekarang dikit2 nonton anime doang dikata2in wibu. Males bgt,” ungkap Ariya Exe dalam sebuah postingan di Facebook. Dalam komentar tersebut, ia mengungkapkan bagaimana kultur jejepangan, yang sekarang dikenal sebagai kultur wibu, telah berubah sejak dekade 2010-an.
Ungkapan nostalgia juga diungkapkan Rahmat. Dalam postingan yang sama, ia mengatakan bahwa tren wibu pada dekade 2010-an ditandai dengan pembahasan antara Sword Art Online (SAO) dan Shingeki No Kyojin (SNK). Melalui pernyataan tersebut, Rahmat ingin menegaskan bahwa kehidupan kaum wibu pada dekade tersebut didominasi perdebatan mengenai kedua anime populer tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, dewasa ini, kultur wibu sudah tumbuh menjadi kultur budaya populer yang besar di Indonesia. Siapa pun, mulai dari yang mengikuti anime secara total tiap musim, pembaca manga yang intens, atau hanya sekadar menggunakan foto profil karakter anime atau manga, menjadi bagian dari kultur wibu. Popularitas kultur wibu tampak nyata, ketika Survey Report on Japanese-Language Education Abroad 2021 mengungkapkan bahwa hampir 60% dari 711.732 orang yang belajar di lembaga pendidikan berbahasa Jepang masuk karena pengaruh budaya populer Jepang, terutama anime, manga, gim video, dan J-Pop.
Pertumbuhan dan penerimaan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, terhadap kultur wibu dewasa ini, tidak dapat dilepaskan dari kondisi pada dekade 2010-an. Dekade 2010-an menjadi pemantik kultur wibu hingga tumbuh menjadi sebesar sekarang.
Zaman Bajak Laut
Kultur wibu pada dekade 2010-an tampil tidak sepesat sekarang. Dalam hal cara dan akses untuk menikmati anime, misalkan, wibu pada dekade ini hanya mengandalkan layanan streaming bajakan. Situs seperti KissAnime dan GoGoAnime menjadi dua situs utama untuk menikmati anime kesukaan kaum wibu. Layanan streaming resmi dan legal, seperti Muse dan BiliBili, masih merupakan embrio yang menunggu untuk dilahirkan.
Selain melalui layanan streaming bajakan, para wibu juga menggunakan torrent agar dapat menikmati produk jejepangan kesukaan mereka. Situs seperti Nyaa Torrents, BakaBT, dan situs torrent lainnya, sering dikunjungi kaum wibu. Berbagai konten, mulai dari anime, musik, hingga artwork, di-sedot (istilah saat itu untuk mengunduh/men-download) dan disebarkan ke seluruh penjuru internet.
Terakhir, bagi mereka yang masih awam menggunakan internet, mereka mengandalkan YouTube untuk menikmati konten jejepangan yang mereka sukai. Saat itu, YouTube masih sangat terbatas. Durasi video dibatasi hanya sampai 10 menit. Kondisi ini membuat para wibu harus menikmati sebuah episod anime dalam tiga part atau bagian. Terkadang, pengunggah video menyematkan berbagai pembatasan, agar video yang ia unggah tidak terkena copyright YouTube.
Di Indonesia, terdapat sebuah tempat file sharing utama bagi para wibu untuk mencari konten jejepangan yang mereka cari. Situs tersebut, yang kini hanya forumnya yang tersisa, bernama Indowebster. Melalui situs file sharing lokal ini, para wibu dapat mengunduh berbagai file mengenai jejepangan yang ingin mereka nikmati.
Dapat dikatakan, kultur wibu pada dekade 2010-an di Indonesia dapat disebut sebagai zaman bajak laut, zaman yang masih menempatkan kaum wibu sebagai penjelajah file-file bajakan di internet, untuk memenuhi hasrat mereka.
Munculnya Media Sosial sebagai Media Komunikasi
Berbeda dengan kultur wibu dewasa ini, yang semakin mudah untuk berkomunikasi dan berkoneksi, kultur wibu pada dekade 2010-an masih hidup dalam keterbatasan. Majalah masih menjadi media utama mereka untuk memahami kultur wibu. Keberadaan majalah budaya populer, terutama Animonstar (terakhir terbit 2014), membantu para wibu mengakses lebih banyak aktivitas terkait jejepangan.
Selain majalah, keberadaan internet yang mulai memasyarakat dimanfaatkan kaum wibu sebagai media sosialisasi. Kehadiran forum-forum besar, seperti Kaskus dan Indowebster, yang menyediakan sub-thread khusus untuk para penggemar anime, manga, J-Drama, dan tokusatsu, digunakan dengan baik oleh kaum wibu. Selain dapat saling bertukar informasi lebih mudah dan cepat, mereka juga dapat mengadakan pertemuan, untuk saling mengenal satu sama lain.
Terakhir, keberadaan media sosial, seperti Facebook, juga dimanfaatkan oleh kaum wibu sebagai media sosialisasi. Facebook, yang memberikan kesempatan kepada pengguna untuk membangun grup komunitas, digunakan dengan baik oleh mereka untuk saling berinteraksi.
Media sosial menjadi media terdepan dalam penyebaran kultur wibu, ketika majalah dan forum mulai tergerus zaman. Kini, ia menjadi media utama bagi penyebaran kultur wibu, dan sebagian besar wibu yang aktif di Indonesia mengenal jejepangan dari media ini.
Tumbuh dari SAO
Berbicara mengenai kultur wibu pada dekade 2010-an, kita tidak akan bisa lepas dari keberadaan Sword Art Online (SAO). Anime ini, yang tayang perdana pada 2012, berhasil memikat banyak orang untuk menjadi wibu, menyebarkan kultur wibu.
Popularitas SAO benar-benar tinggi, hingga ia menimbulkan sebuah sindrom di kalangan para gamers. Sindrom tersebut, yang dikenal sebagai Kirito Syndrome, membuat banyak gamers menggunakan nickname mengikuti karakter populer sebuah anime atau media populer ini. Dalam konteks kultur wibu, nama Kirito banyak digunakan sebagai nickname akun gim.
Ketika seorang wibu yang terlahir sebagai wibu pada dekade 2000-an dapat ditandai dengan anime Naruto, Dragon Ball, atau Detective Conan, wibu pada dekade 2010-an sebagian besar tercipta karena SAO. Sulit memisahkan wibu generasi ini dengan SAO, sama seperti sulit memisahkan cosplayer dekade 2020-an dengan Genshin Impact, gim yang muncul pada dekade tersebut, dan hingga kini, masih menjadi gim laris di Indonesia.
Menolak Disebut Wibu
Satu hal yang menarik dari kultur wibu pada dekade 2010-an, adalah adanya penolakan keras terhadap istilah wibu. Bagi para wibu, istilah tersebut merupakan sebuah penghinaan. Bagi mereka, wibu adalah seorang yang benar-benar terobsesi dengan Jepang, sehingga mengabaikan asal-usul dirinya sendiri.
Mereka lebih memilih untuk menyebut diri sebagai anime lover, atau otaku. Istilah anime lover, menandakan bahwa mereka hanya memasuki kultur wibu sebagai penikmat anime, baik sebagai penonton, pengunduh, atau berdiskusi mengenai tren anime terbaru. Istilah kedua, otaku, menegaskan bahwa para pengikut kultur wibu bukanlah seorang freak, dan hanya menyukai jejepangan tanpa kehilangan jati diri mereka.
Penolakan tersebut, sepanjang 2010-an, berusaha dipertahankan para wibu melalui berbagai media, terutama media sosial. Terkadang, mereka yang berada di luar kultur wibu, tetap menyebut mereka sebagai wibu, mengingat sebagian besar dari mereka telah berubah menjadi penggemar jejepangan yang freak.
Kini, istilah wibu telah memasyarakat, dan telah diterima begitu saja oleh pengikut kultur wibu di Indonesia. Istilah otaku dan anime lover tidak lagi terdengar. Ia telah tergantikan dengan istilah wibu, yang kini menjadi istilah universal.
I’ve been following this amazing website for the past few days, it serves up great content for viewers. The site owner works hard to engage visitors. I’m a big fan and hope they keep up the good work!
This webpage is phenomenal. The brilliant data reveals the proprietor’s interest. I’m awestruck and expect further such astonishing entries.
This website is phenomenal. The radiant material shows the proprietor’s enthusiasm. I’m dumbfounded and envision more such astonishing sections.
Hi my loved one I wish to say that this post is amazing nice written and include approximately all vital infos Id like to peer more posts like this
This webpage is phenomenal. The brilliant data reveals the proprietor’s interest. I’m awestruck and expect further such mind blowing posts.
Its like you read my mind You appear to know a lot about this like you wrote the book in it or something I think that you could do with some pics to drive the message home a little bit but instead of that this is fantastic blog An excellent read I will certainly be back
What i do not understood is in truth how you are not actually a lot more smartlyliked than you may be now You are very intelligent You realize therefore significantly in the case of this topic produced me individually imagine it from numerous numerous angles Its like men and women dont seem to be fascinated until it is one thing to do with Woman gaga Your own stuffs nice All the time care for it up