Riset menunjukkan perbedaan jenis game yang dimainkan dan pembelian game di seluruh dunia, tetapi ada kesamaan dalam hal motivasi untuk mencoba game baru.
Riset terbaru yang dilakukan oleh Coda, pemimpin global dalam monetisasi digital untuk game dan penyedia konten, mengungkapkan kebiasaan dan preferensi unik para gamer di Indonesia dan membandingkannya dengan para gamer[1] di wilayah lain di dunia.
Survei yang mencakup sembilan pasar dan 3.600 responden ini menunjukkan bahwa battle royale dan MOBA adalah genre game paling populer secara keseluruhan di wilayah Timur[2]. Di antara genre-genre tersebut, tiga game teratas di Indonesia adalah: Mobile Legends: Bang Bang (12.4%), PUBG Mobile (10.1.%) dan Free Fire (8.1%). Dirilis oleh Moonton, Mobile Legends: Bang Bang memiliki lebih dari 44 juta pemain aktif di Indonesia, merupakan basis pemain terbesar di dunia.
Game ini telah mencapai popularitas luar biasa di negara ini, menjadi fenomena budaya yang menginspirasi pemain untuk streaming dan membuat konten.
Motivasi terpenting bagi para gamer di Indonesia dan juga di wilayah Barat[3] adalah desain game dalam hal level, mode, dan peta yang disediakan. Dari sebagian besar game populer ini, mode yang berbeda memungkinkan para gamer untuk mengubah permainan mereka dengan opsi bermain dari perspektif yang berbeda, di mana terkadang dapat bermain dalam mode sebagai orang pertama atau mode pertempuran hingga mode khusus lainnya seperti permainan tim atau Manusia vs AI. Hal ini membuat para gamer dapat bermain sesuai keinginan sendiri untuk meningkatkan skill atau bermain dengan teman-teman dalam sebuah tim.
Peta juga merupakan fitur penting dalam game yang dapat meningkatkan pengalaman bermain bagi para gamer. Dalam game battle seluler yang populer seperti Free Fire dan PUBG Mobile, peta sangat berguna karena berperan penting dalam membantu navigasi pemain, lokasi pemain, perencanaan dan strategi, dan juga pelacakan shrinking play zone.
Sementara itu, gamer di wilayah Timur termotivasi untuk bermain karena frekuensi koleksi dan fitur karakter yang dapat disesuaikan, yang juga merupakan pendorong utama pembelian dalam game, di mana mereka bersedia menghabiskan uang untuk item event, karakter, dan pet dengan waktu terbatas yang menandakan keinginan untuk mendapatkan eksklusivitas. Di Barat, para gamer lebih terdorong mengeluarkan uang untuk membuka lebih banyak level, mode, atau peta yang menunjukkan kebutuhan akan variasi permainan.
Ketika melakukan pembelian, lebih dari 90% gamer Indonesia bersedia membayar untuk pembelian terkait game di mana pendorong terbesarnya adalah diskon dan penawaran yang banyak. Hal ini dapat diartikan menjadi item dalam game yang dapat menyesuaikan atau membantu permainan game mereka. Misalnya, di Mobile Legend: Bang Bang, gamer dapat membeli item seperti border, skin, hero, Diamond, dan Battle Points.
Preferensi pembayaran untuk pembelian terkait game juga merupakan hal lain yang membedakan para gamer di seluruh dunia. Dompet elektronik (E-wallet) mendominasi[4] wilayah Timur, sedangkan di wilayah Barat, kartu kredit dan debit masih mendominasi. Di Malaysia, beberapa e-wallet yang populer adalah GoPay, OVO, Dana, ShopeePay, dan LinkAja. Memenuhi beragam kebutuhan dalam preferensi pembayaran adalah sesuatu yang Coda pahami dengan baik, itulah sebabnya Coda kini menerima lebih dari 300 metode pembayaran yang aman di lebih dari 60 negara.
Masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan Rp 381.589,- untuk pembelian dalam game selama periode 3 bulan.
Meskipun angka ini lebih tinggi dibandingkan warga Filipina yang rata-rata menghabiskan Rp 213.720,- namun angka ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan rata-rata pembelian warga Thailand sebesar Rp 893.321,- dalam 3 bulan terakhir. Namun yang menarik, laki-laki Indonesia di kelompok usia 18-24 tahun, rata-rata pengeluarannya mencapai Rp 1.122.854,- melampaui rata-rata pengeluaran warga Thailand.
Waktu yang dihabiskan gamer untuk bermain game melalui ponsel[5] juga bervariasi di setiap negara. Rata-rata, gamer di wilayah Timur menghabiskan waktu lebih lama menggunakan ponselnya untuk bermain game dibandingkan dengan gamer di wilayah Barat, dengan 40% gamer di wilayah Timur bermain lebih dari 16 jam per minggu dibandingkan dengan hanya 33% gamer di wilayah Barat. Di Indonesia, angka ini sedikit lebih tinggi dari rata-rata di mana 43% gamer menghabiskan lebih dari 16 jam bermain game di ponsel mereka. Sebagai perbandingan, pasar lainnya seperti Thailand (45%), Filipina (40%) dan Malaysia (38%). Di wilayah Barat, angkanya jauh lebih rendah, yaitu Brasil (36%), Meksiko (33%) dan Amerika Serikat (30%).
Secara keseluruhan, para gamer di berbagai belahan dunia akan termotivasi untuk mencoba game baru karena mereka menyukai genre tersebut dan telah membaca ulasan yang bagus tentang game tersebut. Sumber informasi utama mereka tentang game umumnya berasal dari mulut ke mulut (word-of-mouth) atau rekomendasi dari teman dan keluarga.
Gamer juga mementingkan variasi dan kenyamanan, itulah sebabnya Codashop, marketplace independen atau ‘webshop’ untuk konten game digital, menjadi pilihan utama bagi lebih dari 10 juta gamer bulanan di seluruh dunia. Coda saat ini bekerja sama dengan lebih dari 300 penerbit game terkemuka di dunia – termasuk Activision Blizzard, Bytedance, Electronic Arts (EA), HoYoverse, Riot Games, Tencent, dan Zynga –membantu mereka memperoleh pendapatan baru dengan biaya lebih rendah, menjangkau pemain yang membayar melalui solusi monetisasi konten di luar aplikasi yang terhubung dengan lancar ke game seluler.
[1] Definisi gamer adalah pemain game seluler yang memainkan game seluler minimal 1 jam per minggu
[2] Wilayah Timur didefinisikan sebagai Malaysia, Filipina, Thailand, Korsel, dan Indonesia
[3] Wilayah Barat didefinisikan sebagai AS, Meksiko, dan Brasil
[4] Kecuali Korea Selatan, di mana kartu kredit dan debit masih mendominasi
[5] Khusus perangkat Android