Zinedine Zidane mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pelatih Real Madrid hanya lima hari setelah tim berjuluk Los Galacticos tersebut berhasil memenangkan UEFA Champions League untuk yang ke 13 kalinya dan ketiga kalinya secara berturut-turut dalam tiga tahun terakhir.
Pengunduran diri Zidane adalah sebuah hal yang megejutkan bagi banyak pihak tentunya, mengejutkan bagi para pers, bagi pendukung Madrid, bagi pemain Madrid, dan juga bagi pihak menejemen klub, bahkan pengumuman ini juga mengejutkan Presiden Real Madrid yakni Florentino Perez.
Pengunduran diri Zidane bukan hanya sebuah kejutan tapi lebih kepada sebuah tragedy, sebuah kisah dongeng yang berakhir tragis. Mundurnya sang kepala nahkoda setelah berhasil mengukir legenda.
Tak ada yang tahu pasti alasan pengunduran diri Zidane dari posisi kepala pelatih Real Madrid. Zidane sendiri hanya mengatakan bahwa Real Madrid kini butuh sentuhan dan suara baru untuk bisa tetap juara.
Tak bisa dipungkiri bahwa dalam 2,5 tahun masa kepelatihannya, Zidane adalah salah satu pelatih tersukses dalam sejarah klub tersebut. Berhasil mendapatkan 9 piala dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun.
Awalnya tentu tak ada yang percaya pada kapasitas Zidane sebagai pelatih untuk klub sebesar Real Madrid yang terkenal memiliki banyak tuntutan. Zidane bahkan sempat disebut-sebut sebagai ‘The Next Roberto Di Matteo”. Namun ternyata Zidane mampu membalikan semua persepsi tersebut.
Ia mewarisi posisi pelatih setelah dipecatnya Rafael Benitez yang meninggalkan tim dengan kondisi yang jatuh dan terpecah belah. Namun Zidane berhasil memperbaiki semua hal tersebut, ia berhasil membuat ruang ganti Real Madrid menjadi harmonis dan menumbuhkan semangat serta kepercayaan diri para pemain.
Zidane adalah sosok yang paling tepat bagi Real Madrid, ia disukai dan dihormati pemain, dia juga berhasil menjaga nilai-nilai filosofi yang dimiliki Real Madrid. Statusnya sebagai pemain mega bintang dan mantan pemain Real Madrid yang juga sempat terlibat dalam menejemen klub sangat membantunya kala menangani Real Madrid. Ketika diangkat menjadi pelatih kepala tim utama setelah menjadi pelatih Casttilla, Zidane sudah mengetahui segala sesuatunya tentang klub tersebut.
Kini Real Madrid berada dalam posisi kritis untuk mencari sosok yang akan menjadi kepala pelatih tim utama. Banyak memang pelatih diluar sana, namun tidak banyak yang mampu menangani klub seperti Real Madrid, karena bagi Real Madrid kemenangan dengan permainan yang indah adalah mutlak, apalagi klub ini memberikan sedikit keleluasan berkuasa dalam hal kebijakan transfer kepada pelatih nya.
Beberapa nama sudah dihubungkan dengan kursi kepelatihan Real Madrid, seperti sebut saja Antonio Conte, Max Allegri, Pochettino, Arsene Wenger, Mauricio Sarri, Joachim Low, dan Guti Hernandez.
Disinilah Real Madrid berada dalam dilemma, dalam pemilihan untuk mengisi kursi kepeatihan yang baru saja ditinggal Zidane. Kita lihat Antonio Conte dan Allegri, mereka berdua adalah nama besar yang juga memiliki DNA juara, tapi mereka berdua bukanlah pelatih yang menerapkan permainan indah kedalam filosofi sepak bolanya. Kedua pelatih tersebut senang dengan strategi yang cederung bertahan, inilah hal yang kurang disukai oleh penggemar Madrid. Terlebih Antonio Conte adalah seorang yang keras kepala dalam urusan transfer. Beberapa kali ia sering mempermasalahkan kebijakan transfer yang dilakukan oleh klub, hal seperti ini tentu sangat bertolak belakang dengan politik transfer Real Madrid.
Pochettino adalah seorang yang juga diincar Madrid, namun ia memiliki filosofinya sendiri. Mungkin ia akan mencoba untuk meremajakan squad Real Madrid yang kini sudah mulai menua, namun Pochettino belum memiliki pengalaman dalam menangani ego pemain bintang. Arsene Wenger juga adalah incaran lama Florentino Perez. Wenger adalah pelatih dengan pengalaman yang dalam, pandai mendidik pemain muda, berpengalaman mengatur pemain bintang, dan juga ahli permainan indah. Paket komplit bagi kebutuhan Madrid. Terlebih Madrid bisa memberikan Wenger apa yang Arsenal tidak bisa berikan yakni dana besar untuk transfer.
Sarri dan Low sama-sama mampu menerapkan permainan indah yang atraktif. Mereka berdua juga sama-sama pandai dalam mengkombinasikan pemain senior dan pemain muda juga perhitungan dalam melakukan rotasi. Namun Low baru saja memperpanjang kontrak dengan Timnas Jerman. Guti Hernandez memiliki latar yang sama dengan Zidane. Ia juga adalah legenda Real Madrid yang kini menangani tim junior Madrid sebagai pelatih. Guti kenal baik dengan segala situasi di dalam Real Madrid. Namun sayangnya Guti bukanlah mega bintang seperti Zidane yang diidolai oleh banyak pemain bola, terutama para Midfielders.
Kini para calon pengganti Zidane dihadapkan dengan posisi kursi pelatih pemenang Liga Champion 3 tahun berturut-turut. Tentu Florentino Perez akan menuntut hal yang sama, jikalau gagal maka silahkan pergi.
Disisi lain ada yang diwarisi oleh Zidane kepada pelatih Real Madrid selanjutnya yang tentunya akan mempermudah kerja mereka. Yakni banyaknya jumlah pemain yang memiliki kemampuan sebagai pemain utama Real Madrid sehingga tidak sulit melakukan rotasi, lihat saja beberapa pemain di kursi cadangan Madrid terdapat Nacho, Kovacic, Asensio, Lucas Vazques, Theo Hernandez, Dani Ceballos, dan bahan ada Bale.
Zidane juga berhasil menjaga ego para pemain bintang yang dimiliki Madrid, lihat Ronaldo yang tidak mempermasalahkan jika diganti atau bahkan tidak dimainkan. Begitupun dengan pemain lainnya yang sudah rela dan siap untuk dirotasi. Hal lainnya yang diwariskan Zidane adalah potensi pemain muda yang tinggi, dan uang transfer yang banyak karena Zidane tidak belanja pemain secara berlebihan selama masa kepelatihannya.
Zidane kini sudah berada dalam puncak karir yang bisa dimiliki oleh seorang pemain sepak bola. Juara sebagai pemain dan juara sebagai pelatih. Zidane mungkin kini namanya telah sejajar dengan Alfredo Di Stefano dan Cristiano Ronaldo sebagai pesepakbola terpenting dalam perjalanan sejarah Real Madrid.
Mungkin pengunduran diri yang dilakukan Zidane juga adalah sebuah insting yang hanya dimiliki oleh bintang seperti Zidane. Seorang pelatih mantan pemain mega bintang yang menangani banyak pemain mega bintang. Zidane mengerti betul kebutuhan mereka, ia mungkin sadar bahwa kini adalah saatnya untuk mundur agar Real Madrid tetap berjaya.
Zidane adalah seorang sosok pelatih yang ideal. Pengunduran dirinya bisa dikatakan sebagai sebuah pelajaran terakhir yang bisa ia berikan kepada para pemainnya di Real Madrid. No one is bigger than the club. Sebagai orang yang berprinsip, Zidane sadar bahwa perubahan perlu dilakukan di Real Madrid, namun karena kecintaannya terhadap pemainnya maka ia lebih memutuskan untuk mundur ketimbang merubah tim kemenangannya yang ia cintai.
Seperti yang Florentino Perez katakana saat konferensi pers, “this could be a ‘see you later’, rather than a ‘goodbye’.
Oleh : Putu Radar Bahurekso
t : @puturadar | ig : putu.radar
I got what you intend,saved to my bookmarks, very nice website .
Hello. And Bye.
Hello. And Bye.
Write more, thats all I have to say. Literally, it seems as though you
relied on the video to make your point. You definitely
know what youre talking about, why waste your intelligence on just posting videos
to your weblog when you could be giving us
something enlightening to read?
Thank you very much for sharing, I learned a lot from your article. Very cool. Thanks. nimabi
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!