Home » Melihat Perang Melalui Sudut Pandang Budaya Populer

Melihat Perang Melalui Sudut Pandang Budaya Populer

Salah satu hal yang menarik perhatian dunia selama tahun 2022 adalah invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi pada tanggal 24 Februari 2022. Kedua negara ini bukan tiba-tiba saja berkonflik. Hubungan tidak harmonis antara Rusia dan Ukraina sudah terjadi sejak 2014 yang menjadi awal mula konflik Russo-Ukrainian ini.

Perhatian para pemimpin dunia tertuju pada konflik ini. Bahkan terdengar kabar bahwa sejumlah negara barat tidak akan menghadiri KTT G20 di Bali apabila Presiden Vladimir Putin hadir dalam konferensi tersebut.

Tindakan Rusia ini tak hanya memicu kontra. Sejumlah pemimpin negara telah secara terang-terangan mendukung keputusan Presiden Vladimir Putin. Salah satunya adalah Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara, yang mengutarakan dukungan penuhnya untuk Rusia. Kim Jong Un mengatakan, “Rakyat Rusia telah mencapai keberhasilan besar dalam mencapai tujuan yang adil untuk membela martabat dan keamanan negara.”

Invasi militer memang selalu mengundang reaksi pro dan kontra dari berbagai tokoh dunia. Setiap kejadiannya terekam jelas dalam berbagai pemberitaan, jurnal ilmiah, riset, dan berbagai diskusi baik formal maupun informal.

Namun dunia tidak hanya berputar pada ranah berita, jurnal, institusi pendidikan, dan militer. Isu perang ini juga kerap mendapatkan perhatian dari dunia industri kreatif, baik pernyataan sikap secara langsung ataupun disampaikan melalui produk budaya populer seperti film, musik, hiburan olahraga, dan video game.

Melihat Perang dalam Sinema dan Lantunan Lagu

Green Day on American Idiot

Produk budaya populer tidak hanya untuk hiburan semata. Tidak jarang film dan musik dijadikan alat propaganda politik dan medium komunikasi untuk menyalurkan ide-ide tertentu kepada khalayak umum.

“Avengers! Assemble” merupakan sebuah ucapan ikonik dari Captain Steve Rogers, atau yang lebih dikenal sebagai Captain America, sebelum mengalahkan Thanos dalam film Avengers: Endgame. Sosok Captain America sering kali dipersepsikan sebagai perwujudan hegemoni Amerika Serikat. Captain America mengemban posisi pemimpin dalam Avengers, sekumpulan pahlawan super yang bertugas untuk menyelamatkan dunia.

Tokoh terkenal yang lahir dari produk budaya populer ini memang menjadi sebuah medium yang sangat tepat untuk menjadi alat komunikasi atau propaganda bagi publik. Sebelum Captain America menjadi terkenal melalui puluhan film dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), sosok Rambo yang diperankan oleh Sylvester Stallone beserta pasukan-pasukan Amerika Serikat lainnya juga menggambarkan tentang perjuangan emosional para tentara Amerika Serikat pasca-Perang Vietnam.

Tidak hanya dalam bentuk film, musik juga memiliki kekuatan dan bisa memiliki fungsi yang sama dalam menyampaikan ide dan pesan tertentu kepada publik. “Don’t wanna be an American Idiot, don’t want a nation under the new media.” Ini merupakan petikan dari sebuah lagu yang berjudul American Idiot yang dirilis oleh sebuah band punk asal Amerika Serikat bernama Green Day dan bertujuan untuk mengkritik pemerintah Amerika Serikat saat itu.

Tak berhenti disana, Green Day juga membuat lagu lain berjudul 21 Guns dalam album berikutnya yang berjudul 21st Century Breakdown yang dirilis pada tahun 2009. Dalam sebuah wawancara dengan Q Magazine pada tahun 2009, sang vokalis Billie Joe Armstrong menjelaskan bahwa 21 Guns bercerita tentang nilai-nilai patriotisme dan lagu rock and roll ini merupakan salah satu cara untuk memuliakan para pejuang dan pembela negara yang gugur dalam medan perang.

Kecaman Terhadap Invasi Rusia dalam Budaya Pop

Real Mallorca vs Real Madrid. Courtesy of Bein Sport Indonesia

The Football Association atau Asosiasi Sepak Bola Inggris telah mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Aset-aset milik Roman Abramovic, pemilik Chelsea FC, baru-baru ini dibekukan oleh pemerintah Inggris karena hubungan dekatnya dengan Presiden Vladimir Putin.

“Menindaklanjuti sanksi yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris, Premier League Board telah mendiskualifikasi Roman Abramovic dari jabatannya sebagai Direktur Chelsea Football Club,” tulis keterangan dari Premier League.

Begitupun dengan Liga Spanyol atau La Liga. Dalam banyak pertandingan, kita bisa melihat tulisan ‘Stop Invasion’ disamping kotak skor. Hal ini juga merupakan bentuk kecaman dari federasi sepakbola Spanyol terhadap serangan yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina.

Kecaman juga datang dari dunia video game. Beberapa perusahaan ternama seperti Microsoft, Nintendo, dan SONY sudah menarik diri dari Rusia. Microsoft telah menghentikan seluruh penjualan video game dan hardware-nya di Rusia, Nintendo menghentikan penjualan produknya melalui eStore di Rusia, dan SONY membatalkan peluncuran Playstation 5 dan video game berjudul Gran Turismo 7 di Rusia.

Invasi yang dilakukan Rusia memang belum sampai setahun dan tidak menutup kemungkinan kita akan melihat sebuah film bioskop atau serial TV yang dibuat berdasarkan kisah invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini sangatlah mungkin menimbang Amerika Serikat sebagai negara superpower yang memiliki industri Hollywood juga kerap memperlihatkan hegemoni dan menyebarkan paham mereka melalui berbagai macam produk hiburan.

Dalam pendekatan Komunikasi Massa dan juga Diplomasi Publik, produk-produk budaya pop memang menjadi salah satu medium yang paling efektif dalam menyampaikan suatu pesan atau pandangan, atau juga membangun reputasi atau thoughleadership sebuah negara di kalangan masyarakat umum.

 

 

Putu Radar Bahurekso
t : @puturadar | ig : putu.radar

Mail: radarbahurekso@gmail.com

Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
бнанс Реферальний код
бнанс Реферальний код
9 days ago

Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!

UP!
Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
RSS
Pinterest
Pinterest
fb-share-icon
1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x