“Deku seharusnya berakhir sebagai bintang internasional,” ungkap @Trepe_Serafin dalam r/MyHeroAcadamia menyatakan kekecewaannya terhadap ending dari My Hero Academia. Baginya, Deku atau Izuku Midoriya seharusnya berakhir sebagai seorang pahlawan besar yang disegani dunia, bukan sebagai seorang guru sekolah menengah atas.
@Trepe_Serafin tidak sendirian. Masih dalam subreddit yang sama, @Critical_Visual9711 juga memperkuat kekecewaannya. Dengan mengajak anggota subreddit untuk membayangkan Naruto Uzumaki, tokoh utama dalam anime Naruto, berakhir “sebagai seorang guru seperti Iruka,” ia mengungkapkan rasa kecewanya. Tentu, sebagai seorang ninja yang bercita-cita sebagai pemimpin besar di desanya (hokage), berakhir menjadi guru para ninja merupakan akhir yang jauh dari harapan.
Kekecewaan @Trepe_Serafin dan @Critical_Visual9711 tidak hanya bergema di r/MyHeroAcadamia. MagiWasTaken, dalam indiecator.org, juga menyatakan rasa tidak sukanya terhadap ending My Hero Academia, yang menurutnya dibungkus terlalu cepat. Meski begitu, ia menyatakan bahwa Deku yang berakhir sebagai guru adalah sebuah kisah yang menginspirasi, karena ia tetap berakhir sebagai pahlawan sehari-hari.
Terkait perdebatan dan kekecewaan di atas, apakah benar ending My Hero Academia, yakni Izuku Midoriya (Deku) menjadi seorang guru,adalah sebuah penutup cerita yang buruk? Atau, terdapat kisah lain dari ending tersebut, yang perlu kita selami lebih dalam?
Deku sebagai Sosok Bersemangat Pahlawan
Sebagai protagonis dalam My Hero Academia, Izuku Midoriya atau Deku tampil sebagai sosok yang memiliki semangat pahlawan. Meski terlahir sebagai manusia tanpa Quirk (Quirkless) atau kekuatan super, tidak menghalangi keinginannya untuk menjadi pahlawan.
Semangat ingin menjadi pahlawan tersebut, yang memantik perhatian All Might atau Toshinori Yagi, seorang pahlawan (Hero) legendaris. Hubungan mereka berdua menjadi kian dekat, hingga All Might mewariskan Quirk kepada Deku, menjadikannya pemegang terakhir dari One For All.
Berbekal kedekatannya dengan All Might, serta bantuan rekan-rekannya di kelas I-A di U.A. High School (U.A.), Deku berhasil mengalahkan All For One, Tomura Shigaraki, dan pasukan Paranormal Liberation Front untuk selamanya. Dunia kembali pulih, dan para pahlawan kembali melanjutkan peran mereka menjaga kedamaian dan keamanan dunia.
Dalam Epilogue Arc, Deku tidak berakhir sebagai seorang pahlawan, seperti Shoto Todoroki dan Katsugi Bakugo. Ia berakhir sebagai seorang guru di U.A., mengajarkan pengetahuan tentang pahlawan kepada calon-calon pahlawan baru.
Namun, berkat bantuan All Might dan teman-temannya, ia mendapatkan sebuah mechanical suit. Berbekal suit tersebut, Deku kembali berkesempatan untuk menjadi pahlawan bersaman teman-temannya.
Karir Akhir Deku dan Posisi Guru dalam Masyarakat Jepang
Meski Deku berkesempatan kembali sebagai seorang pahlawan, perjalanan akhir karirnya sebagai guru sekolah menengah atas dianggap sebagai sebuah ending yang mengecewakan. Namun, apa benar demikian?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita setidak-tidaknya perlu melihat bagaimana orang Jepang memahami profesi seorang guru. Mengutip artikel yang diterbitkan Directorate of International Affairs Universitas Pendidikan Indonesia, profesi guru di Jepang dipahami sebagai sebuah profesi yang dihargai dan dihormati. Mereka yang mengabdikan diri sebagai guru dianggap sebagai mereka-mereka yang bijaksana dan berpengetahuan luas.
Penghargaan terhadap profesi guru di Jepang dapat dilihat melalui gelar penghormatan sensei yang disematkan kepada mereka. Menurut Kanae Nakamine dalam artikel The Meaning of Sensei: More Than Just “Teacher”, sensei tidak hanya berarti guru. Berdasarkan aksara kanji Jepang, ia berarti seseorang yang lahir sebelum kamu (a person born before you were). Dalam konteks ini, sensei tidak hanya merujuk kepada seorang guru, tetapi juga kepada seseorang yang memiliki pengalaman, kemampuan, dan pengetahuan.
Seperti yang diungkapkan Ryan Monahan dalam artikel Understanding Japan’s Sensei: The Status of Teachers in Japan, seorang sensei bekerja dengan tekun sesuai dengan penghargaan yang mereka daptkan dari masyarakat. Status mereka diposisikan setara dengan dokter, pengacara, ataupun pejabat pemerintahan, yakni sama-sama berperan sebagai sebuah profesi yang mulia dalam peradaban masyarakat, menjaga keberlangsungan tatanan masyarakat.
Dalam konteks Deku, ia menjadi seorang guru tidak hanya menjadi seorang pengajar. Karir tersebut adalah bukti pengalaman, kemampuan, serta pengetahuannya tentang pahlawan, yang ingin ia wariskan kepada generasi berikutnya. Deku tidak hanya sekadar memberi pengetahuan; ia adalah figur yang memahami tentang pengetahuan tersebut.
Menjadi Guru, Menjadi Pahlawan
Setelah kita memahami posisi guru dalam masyarakat Jepang, bagaimana keterkaitan antara hal tersebut dengan ending My Hero Academia yang dianggap mengecewakan oleh para penggemar? Pesan apa yang ingin disampaikan Kohei Horikoshi, sang mangaka?
Pada Agustus 2024, Kohei Horikoshi akhirnya buka suara terkait ending My Hero Academia. Mengutip situs Comic Book, ia mengatakan bahwa ending tersebut memang menjadi goal dari Horikoshi, dan ia bangga dengan itu. Lebih lanjut, ia mengatakan:
“Izuku [Midoriya] telah bermimpi untuk menjadi pahlawan sepanjang hidupnya—sebuah mimpi yang diinginkan siapa pun, namun sulit untuk diraih oleh mereka yang tidak memiliki kekuatan super [Quirkless]. Benar, di dunia yang dihuni oleh 80% populasi yang memiliki semacam kekuatan super atau Quirk, Izuku adalah orang yang tak beruntung, lahir sebagai manusia normal. Namun, itu tidak menghentikannya untuk belajar di sekolah pahlawan paling bergensi di dunia.”
Pembuktian Deku sebagai pahlawan telah diwujudkan dengan mengalahkan Shigaraki, pahlawan terkuat dalam sejarah My Hero Academia. Ia telah menjadi pahlawan paling besar di masanya.
Namun, perjalanan Deku tidak berhenti di titik tersebut. Dengan menjadi seorang guru, Deku menjadi figur yang selfless, tidak mementingkan diri sendiri. Seperti yang diungkapkan dalam artikel di situs FandomWire, Deku ingin agar teman-temannya dapat meraih mimpi mereka, yakni sebagai pahlawan besar.
Untuk itulah, Deku memilih jalan sebagai seorang guru, setelah delapan tahun time-skip. Pekerjaan Deku menjadi seorang guru bukanlah sebagai sebuah beban, namun pengabdian untuk menciptakan generasi pahlawan baru yang akan menjaga dunia.
Seperti yang diungkapkan FandomWire, Horikoshi mungkin ingin berada di luar fairy tale ending, ketika protagonis mencapai mimpi besarnya. Ia justru ingin menegaskan penggambaran Deku sebagai sosok selfless yang sejati. Sikap selfless Deku, merupakan perwujudan terakhir semangat kepahlawanan dalam dirinya.
Pada akhirnya, ending My Hero Academia tidak hanya soal seorang Deku yang meraih mimpinya sebagai seorang pahlawan besar. Dengan menjadi seorang guru, setelah mengalahkan penjahat terkuat di dunia, ia telah mengabdikan dirinya sebagai seorang pahlawan besar.