Home » Boikot terhadap Hogwarts Legacy adalah Kampanye Belebihan

Boikot terhadap Hogwarts Legacy adalah Kampanye Belebihan

Pada 1 Maret 2023, Pikamee, virtual YouTuber dari agensi VOMS, mengumumkan ‘graduation’, pensiun dari karirnya sebagai entertainer. Fans menduga hal ini disebabkan oleh perundungan oleh kaum transgender sebagai respon Pikamee yang memainkan Hogwarts Legacy sebulan sebelumnya.

Para penggemar Pikamee tidak menerima perlakukan kaum transgender tersebut, dan beberapa hari kemudian, 4chan mengirimkan serangan balasan dengan melakukan doxxing terhadap mereka yang merundung Pikamee.

Sebelum Hogwarts Legacy dirilis, protes oleh kaum transgender telah berkumandang. Kaum transgender, yang mengasosiasikan gim tersebut dengan J. K. Rowling, melihat bahwa gim tersebut menyerang mereka. Mereka melihat pernyataan Rowling sebagai suara anti-transgender, sebagai alasan untuk memboikot Hogwarts Legacy.

Amano Pikamee, yang lebih dikenal sebagai Pikamee, akan “graduate” akhir bulan ini karena kontroversi Hogwarts Legacy, courtesy of KANAU

“‘People who menstruate’. I’m sure there used to be a word for those people. Someone help me out. Wumben? Wimpund? Woomud?,” tulis J. K. Rowling melalui akun Twitter pribadinya.

Unggahan tersebut dapat diartikan bahwa Rowling mempertanyakan panggilan bagi seseorang yang mengalami menstruasi. Ia berniat mengatakan kata woman atau perempuan, karena hanya wanita yang mengalami menstruasi alami secara biologis. Tetapi, bagi kaum transgender, cuitan tersebut dilihat sebagai penghinaan bagi mereka, yang berpandangan bahwa kaum transgender mampu merasakan menstruasi.

Rowling bereaksi terhadap respon kaum transgender atas cuitannya, Ia kemudian memberikan respoon dengan menulis, “I respect every trans person’s right to live any way that feels authentic and comfortable to them. I’d march with you if you were discriminated against on the basis of being trans. At the same time, my life has been shaped by being female. I do not believe it’s hateful to say so.” Singkatnya, ia mendukung hak hidup kaum transgender, dan bersedia berada di belakang mereka ketika mereka mengalami diskriminasi.

Dengan tanggapan Rowling yang ternyata simpati terhadap keberadaan dan perjuangan kaum transgender, apakah masuk akal melakukan boikot terhadap Hogwarts Legacy?

J. K. Rowling, pencipta dan pemilik “franchise” Harry Potter, yang diasosiasikan dengan Hogwarts Legacy karena cuitannya yang dipandang menghina kaum transgender, courtesy of NBC News

Hogwarts Legacy, yang dikembangkan Avalanche Software dan dirilis Warner Bros. Games pada 2023, bisa dikatakan adalam gim yang ramah terhadap kelompok transgender. Melansir EuroGamer, pemain diizinkan untuk memilih bentuk tubuh dan suara yang tidak terkait satu sama lain ketika membuat karakter yang akan dimainkan. Ini memungkinkan gamers dapat menentukan gender karakter mereka dengan lebih leluasa, seperti menggunakan suara perempuan dalam body kit laki-laki, dan sebaliknya.

Selain itu, gim ini juga merupakan salah satu gim yang dinanti oleh para gamers serta mendapatkan respon positif pasca-perilisannya. Ketika Hogwarts Legacy dirilis, respon gamers dan situs gaming memuji gim ini. Visual dan suasana Hogwarts berhasil dihidupkan dengan apik oleh developer dalam gim ini. GamesRadar+ dan Destructoid memuji sinergi antara gim ini dengan universe Harry Potter, berhasil mengajak gamers merasakan suasana menjadi penyihir di Hogwarts.

Meskipun telah memiliki fitur yang ramah terhadap kaum transgender serta menjadi gim yang dinanti pada awal 2023 ini, suara boikot oleh kaum transgender tetap menggema. Terlebih, mereka mengaitkan Hogwarts Legacy dengan sosok J. K. Rowling, pemilik franchise Harry Potter, serta berbagai argumennya terhadap peraturan mengenai gender di Britania Raya. Argumennya memecah kelompok feminis di internet. Sebagian mendukungnya, tetapi tak sedikit pula yang menentangnya.

Sirona Ryan, karakter dalam Hogwarts Legacy yang merupakan seorang transgender, sebagai perwujudan inklusi terhadap kaum transgender yang dilakukan gim tersebut, courtesy of Entertainment Weekly

Bisa dikatakan, tindakan tersebut adalah tindakan yang tidak masuk akal. Meskpun Rowling yang menciptakan Harry Potter, tetapi keberadaan Hogwarts Legacy harus dilihat terpisah dari J. K. Rowling. Mengaitkan pernyataan Rowling lebih jauh dari konteksnya hanya menempatkan kaum transgender sebagai pelaku cancel culture terhadap Hogwarts Legacy.

Di Amerika Serikat, telah banyak figur publik yang di-cancel oleh warganet yang murka. Dan, keberadaan internet yang memungkinkan seseorang untuk bertindak di balik anonimitas dan mob mentality memungkinkan seseorang secara bersama-sama merundung dan melakukan cancel culture terhadap seseorang yang tidak mereka sukai. Dalam kasus Hogwarts Legacy, dengan adanya Pikamee yang harus graduate karena perundungan telah menjadi bukti bahwa tindakan kaum transgender sudah tidak sehat dan rasional.

Juga, Hogwarts Legacy hanya sebuah video gim, yang diciptakan untuk memuaskan hasrat gamers yang ingin menjelajahi game tersebut. Mencampuradukkan elemen politik dan gender terhadap gim mungkin masih terdengar masuk akal di Amerika Serikat, tetapi bagi masyarakat lain, terutama gamers, hal tersebut telah membuat mereka lelah.

Demonstrasi pendukung hak hidup kaum transgender di Amerika Serikat pada Oktober 2019, courtesy of The New Yorker

Yang mereka inginkan hanyalah menikmati sebuah gim ketika mereka sedang penat melakukan aktivitas mereka. Mereka tak ingin masuk dalam kekisruhan politik yang akan menambah beban kepala mereka. Jika tak suka dengan sebuah gim, tak usah dimainkan atau dibeli.

Setiap orang memang memiliki hak dalam bersuara serta berpendapat, termasuk kaum transgender. Tetapi, apa yang mereka lakukan terhadap Hogwarts Legacy bukan merupakan hal yang patut dilakukan.

Alih-alih membuat orang lain menghargai pandangan serta paham politis kelompok transgender, memboikot Hogwarts Legacy justru membuat publik, terutama gamers, menjadi antipati dan tidak senang terhadap kampanye kelompok kiri yang berusaha memboikot gim Hogwarts Legacy.

Cancel culture, sebagai sebuah tindakan yang umum dilakukan warganet dewasa ini, merupakan hal yang tak masuk akal dan berlebihan. Alih-alih membuka diskursus public terkait isu yang ada, gerakan ini justru hanya berusaha mempermalukan orang lain di ruang publik.

James Gunn, yang dipecat dari “Guardians of The Galaxy 3” karena di-cancel oleh warganet sebagai akiba cuitan-cuitan lamanya yang terangkat kembali, courtesy of The Verge

Alhasil, cancel culture menjadi gerakan yang kontraproduktif, dan bisa dikatakan, tidak pernah masuk ke inti permasalahan yang ada. Gerakan ini hanya menjadi gerakan untuk ‘membungkam’ mereka yang memiliki pandangan dan sudut pandangan yang berseberangan. Ia menjadi sebuah gerakan yang sangat antidemokrasi. Begitu pun dalam kasus ini, memboikot Hogwarts Legacy tidak menuntaskan apapun.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
UP!
Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial
RSS
Pinterest
Pinterest
fb-share-icon
1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x