“Kenapa setelah gw lulus baru bagus buku paketnya, bahkan ada waifu-nya anjirrrrrr,” ungkap seorang pengguna Facebook berpendapat mengenai buku pelajaran bahasa Inggris English for Nusantara untuk SMP/MTs kelas VIII.
Buku terbitan Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan ISBN 978-602-244-887-7 tersebut memiliki ilustrasi dengan cita rasa anime. Dalam sampul buku tersebut, terdapat ilustrasi tiga siswa berseragam SMP yang sedang piknik. Ilustrasi tersebut dikemas dengan bercirikan anime, yang biasa digunakan oleh siswa sekolah di Jepang.
Dalam postingan Facebook tersebut, ia mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, telah melakukan reformasi terhadap buku pelajaran siswa sekolah. Mereka tidak lagi ditampilkan sebagai buku yang membosankan. Ia mulai diwujudkan melalui pendekatan yang segar, menggunakan ilustrasi karakter anime yang waifuable.
Saking waifuable-nya karakter dalam buku ajar tersebut, warganet mulai membuat fanart karakter wanita dalam buku tersebut. Salah satu contohnya adalah fanart yang digambar oleh seorang pengguna Facebook. Fanart yang ia gambar disambut kaum wibu dengan perasaan kagum dan bahagia.
Fenomena ini mengingatkan kita akan popularitas Ellen Baker, karakter dalam buku pelajaran bahasa Inggris New Horizon. Berawal dari sebuah cuitan seorang pengguna Twitter (sekarang dikenal sebagai X), karakter Ellen Baker bertransformasi menjadi meme dan waifu bagi kaum wibu. Bahkan, saking populernya, sang pencipta Ellen Baker, Denchuubou (電柱棒), angkat bicara dan tidak menggambar fanart NSFW dari karakter tersebut.
Menurut Jaqueline Berndt dalam artikel Manga meets Science: Going beyond the Education-Entertainment Divide, Ellen Baker meleburkan batas pemisah antara pendidikan dan hiburan. Ia, selain menjadi pemantik menarik bagi siswa sekolah untuk mendalami bahasa Inggris, juga menjadi jalan yang efektif untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan kepada generasi muda.
Selain itu, keberadaan buku ajar bahasa Inggris dengan ilustrasi ala anime di Indonesia dapat dikaitkan dengan fenomena moe atau moefication. Mengutip artikel Patrick W. Galbraith, Moe: Exploring Virtual Potential in Post-Millenial Japan, moe dapat menjadi pilihan untuk memperkenalkan sesuatu kepada generasi milenial. Dalam kasus ini, moe menjadi jawaban untuk mempermudah generasi muda memahami dan mendalami ilmu pengetahuan.
Kita dapat menarik dua contoh produk budaya populer Jepang yang memperkenalkan ilmu pengetahuan dalam bentuk ringan dan menghibur. Pertama, kehadiran mangadan anime Moyashimon. Anime yang mengisahkan kehidupan Tadayasu Sawaki yang dapat melihat mikroorganisme dengan mata telanjang ini merupakan “cara yang genius” untuk memperkenalkan dunia mikroorganisme kepada pembaca dan masyarakat.
Kedua, popularitas manga dan anime Cells at Work! beberapa tahun yang lalu. Anime yang mengisahkan kehidupan perjalanan sejumlah sel dalam tubuh manusia ini berhasil mengajak pemirsanya mendalami kehidupan berbagai sel dalam tubuh manusia dengan pendekatan yang ringan dan menyenangkan. Bahkan, ketika pandemi Covid-19 melanda Jepang, Kementerian Kesehatan Jepang menggunakan cukilan manga tersebut sebagai media kampanye kepada masyarakat.
Sementara itu, Indonesia pernah memiliki komik yang bersifat edukasi bagi pembacanya. Komik tersebut adalah empat jilid Mahabharata karya R. A. Kosasih. Komik edukasi yang mengisahkan perjalanan hidup lima Pandawa yang berperang melawan seratus Korawa tersebut menjadi bacaan populer anak-anak di Indonesia pada masa Orde Baru.
Meski memiliki ilustrasi yang khas Indonesia, komik tersebut kalah bersaing dengan manga produksi Jepang. Bisa dikatakan, Indonesia masih belum memiliki gaya ilustrasi animasi yang memiliki daya pikat (appeal) kepada masyarakat awam. Tidak bisa dipungkiri, dalam proses pencarian tersebut, gaya animasi ala anime dipilih, karena ia merupakan gaya ilustrasi yang paling menjual saat ini.
Dengan menggunakan gaya ilustrasi anime Jepang dalam buku pelajaran sekolah, diharapkan generasi muda akan semakin gemar belajar dan membaca. Penampilannya yang menarik membuat masyarakat, terutama generasi muda, tertarik untuk membacanya. Terlebih, dalam penyebaran ilmu pengetahuan kepada masyarakat, ilustrasi anime dapat mempermudah transmisi tersebut.
Kehadiran buku ajar bahasa Inggris dengan ilustrasi anime di Indonesia perlu disambut dengan tangan terbuka. Ia menjadi penyegar serta jawaban untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan kepada generasi muda dengan cara yang lebih menarik perhatian dan terasa lebih pop, generasi yang sadar akan nilai budaya populer. Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, perlu melihat peran budaya populer dalam melakukan komunikasi terhadap masyarakat Indonesia untuk memberdayakan pemahaman mereka mengenai ilmu pengetahuan.