Tanggal 14 Februari menjadi perayaan bagi masyarakat dunia, utamanya generasi muda. Pada hari tersebut, mereka merayakan hari Valentine, hari untuk mengungkapkan kasih sayang kepada yang terkasih. Coklat, bunga, dan kartu ucapan, menjadi tiga hal yang identik pada peringatan Valentine.
Namun, sejak 2021 atau 2022, umat Hindu di Bali memiliki hari tersendiri untuk memperingati kasih sayang. Hari tersebut dikenal sebagai tumpek krulut, atau odalan gong dalam pemahaman masyarakat lokal.

Oleh gubernur I Wayan Koster, tumpek krulut menjadi Rahina Tresna Asih (hari kasih sayang) bagi seluruh umat Hindu Bali. Melalui Instruksi Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2022, Koster menginstruksikan kepada seluruh umat Hindu di Bali untuk merayakan tumpek krulut secara secara sekala (kasat mata) dan niskala (alam maya). Tujuannya, untuk menciptakan gumi Bali harmonis.
Perayaan tersebut berlanjut pada 2023. Melalui Instruksi Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2023, Koster kembali memberikan instruksi kepada seluruh umat Hindu Bali untuk merayakan tumpek krulut secara sekala-niskala. Kali ini, perayaannya sebagai wujud pelaksanaan Tata-Titi Kehidupan Masyarakat.
Catatan Historis Tumpek Krulut
Secara historis, tumpek krulut merupakan salah satu dari enam perayaan tumpek, yang jatuh pada Sabtu (Saniscara) kliwon, dalam kalender Bali. Tumpek krulut sendiri jatuh pada Saniscara kliwon wuku krulut, dengan krulut merupakan satu dari 30 wuku dalam kalender Saka Bali.

Mengutip sebuah artikel dalam Kompas.com, lontar Sundarigama menuliskan bahwa pada hari tumpek krulut, masyarakat Hindu di Bali memuja Ida Sang Hyang Iswara. Ia merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa, penyebutan Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Hindu Dharma, yang membidangi berbagai unsur seni dan keindahan.
Tumpek krulut juga dikenal sebagai odalan gong dalam masyarakat Hindu di Bali. Mengutip artikel Konsep Ketuhanan dalam Suara Gamelan menurut Lontar Aji Ghurnnita oleh I Putu Ariyasa Darmawan dan Ida Bagus Wika Khrisna, anggota kelompok (sekaa) tabuh beserta seluruh gamelan yang mereka mainkan diupacarai, sebagai wujud penghormatan dan sembah bhakti kepada Tuhan.
Namun, secara perayaan, tumpek krulut tidak mendapatkan perayaan sebesar tumpek lainnya, seperti tumpek kandang, tumpek bubuh, tumpek landep, dan tumpek wayang.

Penyebutan pertama tentang tumpek krulut di media massa adalah sebuah artikel dalam majalah SARAD edisi 77 (September 2006), yang menyebutkan tumpek krulut sebagai salah satu dari enam tumpek dalam tradisi Hindu Bali.
Setidak-tidaknya, ini menegaskan bahwa tumpek krulut pada mulanya dirayakan secara lokal, hanya terbatas untuk gamelan dan para sekaa-nya. Ia belum mendapatkan rekognisi secara lebih luas, baik oleh masyarakat Hindu di Bali, maupun oleh pemerintah daerah Bali.
Penciptaan Tumpek Krulut sebagai Perayaan Keindahan Manusia
Meski tumpek krulut tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Bali kebanyakan, ia dikemas menjadi Rahina Tresna Asih oleh I Wayan Koster, gubernur Bali yang kini menjabat untuk periode 2025-2030.
Mengutip pemberitaan RRI, Koster mengajak seluruh masyarakat Bali untuk merayakan tumpek krulut, mengikuti Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2022, yang diimplentasikan dalam Instruksi Gubernur Bali Nomor 2 Tahun 2023. Masyarakat Bali dapat merayakan tumpek krulut dengan mengupacarai gamelan/alat musik yang dimiliki, bagi yang memiliki.

Bagi yang tidak memiliki gamelan/alat musik, masih menurut pemberitaan yang sama, dapat merayakannya melalui berbagai media yang mencurahkan perasaan kasih sayang. Mereka dapat memberikan/berkirim bunga, suvenir, dan benda lainnya, dengan sasaran orang tua, guru, sesama teman, sahabat, dan pasangan hidup.
Jika merujuk esensi tumpek, setidak-tidaknya Koster merancang tumpek krulut sebagai perayaan bagi manusia. Jika hewan, tumbuhan, dan segala sesuatu yang tajam masing-masing telah diupacarai dalam tumpek kandang, tumpek bubuh, dan tumpek landep, umat Hindu di Bali diajak untuk mengupacarai keindahan seorang manusia melalui tumpek kandang.
Tumpek Krulut, Mengemas Hari Kasih Sayang Cara Orang Bali
Campur tangan I Wayan Koster dalam penciptaan tumpek krulut sebagai perayaan tentang keindahan seorang manusia tidak hanya berhenti kepada upacara kasih sayang. Ia juga menjadi senjata bagi Koster untuk mendorong pembudayaan masyarakat Bali, merancang hari kasih sayang dengan cara orang Bali
Tumpek krulut didorong tidak hanya sebagai wujud jana kerthi semata, tetapi mewujudkan jana kerthi dengan nilai tradisional Bali. Ia tidak menjadi sekadar perayaan tentang keindahan seorang manusia. Ia menjadi cara orang Balidalam merayakan peringatan kasih sayang kepada sesama.

Penggambaran nilai tradisional Bali, dapat kita lihat pada Instruksi Gubernur Bali Nomor 2 Tahun 2023. Dalam lampiran instruksi tersebut, tumpek krulut dirayakan dengan upacara sekala, seperti penyucian dan persembahyangan, serta upacara sakala, seperti donor darah, memberi ucapan selamat hari raya, dan kunjungan ke panti sosial. Itu setidak-tidaknya menegaskan bahwa tumpek krulut adalah cara orang Bali mengemas hari kasih sayang versinya sendiri.
Dapat dikatakan, di balik perayaan keindahan seorang manusia melalui wujud ungkapan kasih sayang dalam tumpek krulut, tersimpan kisah tentang cara orang Balidalam merayakan kasih sayang. Tumpek krulut tercipta sebagai peringatan kasih sayang yang serupa dengan Valentine.
Jika globalisasi telah berhasil mempopulerkan Valentine sebagai hari kasih sayang, masyarakat Bali juga berhasil menemukan kembali esensi perayaan kasih sayang melalui tumpek krulut, yang dipopulerkan kembali sejak 2021. Tumpek krulut menjadi cara tradisional masyarakat Bali dalam mengingat Ida Sang Hyang Iswara. Sebagaimana Valentine memiliki “sesajen” dalam benuk coklat dan bunga, tumpek krulut mengajarkan arti kasih sayang melalui aksi sosial dan rasa hormat kepada gamelan serta benda-benda yang merepresentasikan tentang kasih sayang.
Jadi, apa bisa dikatakan kalau perayaan hari kasih sayang bukan bagian budaya masyarakat Indonesia?