Categories Feature GameVerse

Dari Civilization ke Honkai: Star Rail: Sejarah Genre Turn-Based Strategy dalam Dunia Video Gim

Pada 26 April lalu, HoYoverse merilis gim Honkai: Star Rail. Gim ini berbeda dengan dua gim HoYoverse sebelumnya, Honkai Impact 3, yang merupakan gim pertarungan (fighting game) dan Genshin Impact, gim berbasis eksplorasi (adventure game). Gim ini merupakan gim turn-based strategy.

Meski terdapat perdebatan terhadap pemilihan genre ini, karena Honkai: Star Rail bukan gim petualangan seperti Genshin Impact, HoYoverse percaya bahwa gim tersebut dapat diterima fans. Mengutip PCGamesN, produser Honkai: Star Rail, David Jiang, mengatakan bahwa banyak orang menyukai permainan turn-based strategy, terlepas dari platform mereka. Ucapan Jiang terbukti benar, karena beberapa hari setelah rilis, Honkai: Star Rail diterima pasar, dan menurut salah satu ulasan, merupakan “hal terkeren dalam turn-based JRPG setelah Persona 5.”

Honkai: Star Rail, courtesy of ONE Esports

Bagaimana kisah gim turn-based strategy, sejak awal hingga Honkai: Star Rail?

Sebagai sebuah sub-genre, turn-based strategy merupakan bagian dari genre yang lebih besar, yakni gim strategi (strategy game). Gim strategi menekankan berbagai kumpulan tindakan melawan satu atau berbagai kelompok dan mengurangi jumlah pasukan lawan melalui “perencanaan yang matang” (superior planning) untuk mencapai kemenangan. Singkat kata, gim ini mengajak gamers untuk melampaui kemampuan berpikir (outthink) lawan.

Gim strategi memiliki pembeda dengan genre lain. Meski melibatkan strategi, taktik, maupun pemikiran logis, mereka berbeda dengan gim puzzle (puzzle games). Gim strategi mengajak pemain untuk merencanakan strategi di sekitar konflik antara pemain, sementara gim puzzle berada dalam isolasi. Gim ini juga berbeda dengan gim konstruksi dan simulasi manajemen (construction and management simulations), karena elemen ekonomi dalam gim strategi menyatu dengan ekonomi untuk menyiasati konflik.

Lukisan dinding berusia 3300 tahun dalam makam Ratu Nefertari yang menggambarkan dirinya sedang bermain “Senet” dengan lawan yang tidak terlihat, courtesy of Science

Meskipun gim strategi dan gim bermain peran (role-playing games) terpisah mengenai jumlah karakter atau unit dengan berbagai atribut mereka untuk dikendalikan, seperti yang diungkapkan Andrew Rollins dan Ernest Adams dalam materi Fundamentals on Gaming Designs, dewasa ini, gim strategi, memiliki kedekatan dengan gim bermain peran, terutama melalui inovasi Jepang dalam mengembangkan turn-based strategy games melalui platform gawai (mobile).

Gim turn-based strategy telah dikenal sejak era Mesir Kuno. Senet, permainan masyarakat Mesir Kuno sejak zaman Middle Kingdom, merupakan gim yang dimainkan dua orang pemain di atas sebuah kotak, yang umumnya terbuat dari kayu, gading gajah, maupun lainnya berukuran 10 x 3 kotak yang lebih kecil. Menurut Crist Walter dalam artikel Passing from the Middle to the New Kingdom: A Senet Board in the Rosicrucian Egyptian Museum, menggambarkan permainan Senet sebagai perjalanan arwah (ka) menuju dunia bawah (duat).

Selain Senet, terdapat permainan turn-based strategy yang dimainkan pada masa Mestopotamia. Gim tersebut, yang bernama Royal Game of Ur, dimainkan sejak zaman Dinasti Awal (Early Dynastic III) hingga ke wilayah Kochi, India pada 1950-an. Menurut Irving Finkel, kurator British Museum dan yang menemukan cara untuk memainkan gim ini melalui tablet tanah liat, mengatakan dalam tulisan On the Rules for the Royal Game of Ur, gim ini merupakan permainan ketangkasan antara dua pemain, untuk memindahkan bidak-bidak mereka dari satu sisi ke sisi yang lain. Dalam proses pemindahan tersebut, terdapat ruang panjang sebagai “arena bertarung” para bidak. Bidak yang berhasil dilangkahi oleh bidak lawan, akan kembali ke posisi awal dan mengulang langkah yang telah dilakukan.

Papan dan bidak permainan “Royal Game of Ur” koleksi British Museum, courtesy of Wikipedia

Seiring dengan perkembangan industri video gim, turn-based strategy mendapatkan wajah baru. Pada 1991, MicroProse merilis Sid Meier’s Civilization, gim yang menentukan dunia turn-based strategy selama puluhan thun ke depan. Dikutip dari Fraser Brown dalam artikel The Complete History of Civilization, kisah bermula dari Sid Meier dan Bruce Shelley yang telah menyelesaikan Railroad Tycoon dan ingin mengerjakan proyek lain. Mereka ingin mengembangkan beberapa ide dari gim terakhir mereka, dan Meier bercerita megenai sistem eksplorasi yang ada dalam gim Empire, gim turn-based wargame. Kenang Meier, mengutip Fraser Brown:

Railroad Tycoon, saat ini, merupakan gim skala besar. Tetapi, kami masih berpikir gim yang lebih besar dari itu, yang dapat memungkinkan pemain melakukan berbagai hal epik? Well, bagaimana mengenai sejarah peradaban. Kami saat itu masih muda, tetapi kami tak memiliki rasa takut akan apapun.”

Turn-based dipilih Sid Meier untuk Civilization karena gim tersebut akan menjadi terlalu kompleks jika dimainkan dalam bentuk real time strategy (RTS). Pilihan Meier menjadi awal perjalanan turn-based strategy dalam dunia video gim.

Civilization VI, courtesy of VentureBeat

Ketika Sid Meier mengembangkan formula untuk turn-based strategy berbasis peradaban, Jepang mengembangkan gim sejenis, meski dengan skala yang lebih kecil, melalui Nobunaga’s Ambitions (1983) dan Shingen the Ruler (1990). Baru pada 1995, pertemuan antara turn-based strategy dengan JRPG menghasilkan dua anak emas mereka, Shin Megami Tensei dan Pokemon.

Menjadi anak hasil hubungan turn-based strategy dan JRPG, Shin Megami Tensei dan Pokemon menitikberatkan hal yang disebut pertama dalam gim mereka. Melalui pertarungan melawan monster jahat (atau, dalam kasus Pokemon, melawan Pokemon lain), gamers akan melakukan berbagai jenis input agar bisa melampaui pemikiran lawan. Melalui penggunaan item, buff dan de-buff melalui skill, hingga membaca kekuatan dan kelemahan lawan, gamers dapat memenangkan pertarungan yang ada.

Meski genre turn-based strategy telah dibayangi genre yang lebih menantang dan membutuhkan banyak input dari gamers, seperti action-adventure maupun RPG, genre ini masih dapat diperhitungkan dalam perkembangan gim selanjutnya. Terlebih, dengan adanya gelombang perpindahan gamers dari console ke gadget, membuat genre turn-based strategy menjadi pilihan yang tepat bagi developer gim untuk mengembangkan gim mereka, dan Honkai: Star Rail membuktikan hal tersebut.

Sumber:
Andrew Rollins dan Ernest Adams, “Fundamentals on Gaming Designs”, Pearson.
Crist Walter, Passing from the Middle to the New Kingdom: A Senet Board in the Rosicrucian Egyptian Museum.
Irving Finkel. On the Rules for the Royal Game of Ur.
Fraser Brown, “The Complete History of Civilization”. PC Gamer.

Written By

Avatar

Lich King (Editor) at Monster Journal.
Mostly writing about social and culture.
Also managing a site and community related to history.
Used to work as a journalist. Now working as a history teacher.

(prima.cahyadi.p@mail.ugm.ac.id)

More From Author

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

You May Also Like