“Agenda woke kah?” tanya halaman Facebook MeguNimek terkait pemberitaan kebangkitan genre Yuri pada November 2024 lalu. Dalam postingan mereka, yang menerjemahkan ulang artikel yang diterbitkan situs Somoskudasai, dinyatakan bahwa adanya peningkatan signifikan dalam produksi anime yang menekankan hubungan antarperempuan membuat banyak wibu menyatakan bahwa era yuri telah lahir kembali.
Kolom komentar postingan MeguNimek mengungkapkan sikap kontra terhadap kelahiran kembali anime yuri. Komentar dari Fajar Yulianto, sebagai contoh, mengatakan bahwa genre yuri lebih baik gak usah sekalian [populer] selamanya. Komentar lain, dari Saputra Eka, menyatakan bahwa kebangkitan tersebut membuatnya makin malas nonton anime.
Laporan berbeda justru ditampilkan oleh Somoskudasai. Dalam artikel yang diterbitkan pada 20 November 2024 lalu, menyadur informasi dari Otakomu, dinyatakan bahwa antusiasme kaum wibu, utamanya di Jepang, menyambut anime bergenre yuri telah membanjiri media sosial. Mereka menyebut fenomena ini sebagai revolusi yuri (Yuri revolution).
Perbedaan sikap wibu di Indonesia dan Jepang terkait kebangkitan anime bergenre yuri memantik sebuah pertanyaan, apakah kita harus mengambil sikap memusuhinya?
Renaisans Anime Bergenre Yuri
Melihat tren animanga hingga 2023, anime bergenre yuri mengalami peningkatan popularitas.
Pada 2023 saja, banyak anime bergenre yuri dirilis secara global. Mengutip situs The Holy Mother of Yuri, mereka bahkan menerbitkan semacai ultimate guide sebagai panduan kaum wibu yang ingin mengikuti genre ini.
Mengapa terjadi peningkatan terhadap anime bergenre yuri pada periode tersebut. Menurut Kim Morrissy dalam rubrik The Answerman di situs Anime News Network, ia menyebutkan bahwa terjadi semacam renaisans terkait anime bergenre yuri. Dengan merujuk penjualan anime Lycoris Recoil yang tinggi, Kim mengatakan bahwa yuri telah mengalami resonansi dengan komunitas otaku Jepang.
Lebih lanjut, Kim mengungkapkan bahwa renaisans anime bergenre yuri tidak melulu terkait dengan kesadaran masyarakat terkait LGBTQ. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, baik anime bergenre yurimaupun BL (Boys Love) mulai dinikmati masyarakat global, terlepas dari gender mereka.
Ketika Yuri Ditolak Wibu Indonesia
Ketika anime bergenre yuri mulai diterima masyarakat Jepang, utamanya kaum otaku, kondisi di Indonesia justru sebaliknya.
Stigma kontra terhadap kampanye kelompok LGBTQ di Indonesia, utamanya di media sosial, memengaruhi cara pandang kaum wibu Indonesia terkait anime bergenre yuri. Seperti yang pernah saya tulis pada Februari 2023 lalu, anime bergenre yuri dianggap upaya dukungan terhadap kelompok LGBTQ, dan siapa pun yang menontonnya, ikut mendukung kelompok tersebut.
Seperti yang tertuang dalam r/Indonesia, kelompok wibu rohis, mereka yang menggambungkan kultur animanga Jepang dan ajaran keagamaan, menempatkan anime yuri sebagai haram. Sesuai dengan tradisi dan ajaran kelompok religius konservatif, homoseksual adalah perbuatan tabu, dan melakukannya akan menghasilkan dosa besar.
Kondisi ini membuat konflik antara penikmat anime bergenre yuri dengan kaum wibu rohis terus terjadi, utamanya setiap anime bergenre demikian dirilis atau diumumkan. Mereka umumnya akan menyuarakan suara-suara anti-yuri, baik melalui komentar, image reaction, dan postingan.
Tidak Melulu Mesti Dimusuhi
Sebagai sebuah produk budaya populer, anime bergenre yuri dapat dinikmati siapa saja. Ia tidak melulu menjadi produk bagi laki-laki, utamanya mereka yang menikmati hubungan yang intensif perempuan dengan perempuan.
Sebagai sebuah karya anime, dan tentunya bukan konten pornografi, genre yuri yang baik juga pasti memiliki elemen cerita yang juga menarik, seperti plot, konflik, jalan cerita, dan penokohan. Yuri, sebagai sebuah genre, tetap bisa dinikmati jika kita melihat dari sudut pandang ini.
Seperti yang diungkapkan Kim Morrissy, anime bergenre yuri tidak melulu terkait dengan kampanye LGBTQ. Di Jepang sendiri, anime bergenre yuri telah memiliki akar sejarah yang panjang, seperti yang diungkapkan Erica Friedman dalam buku By Your Side: The First 100 Years of Yuri Anime and Manga.
Dari riwayat historis ini, yuri bukan sebuah produk yang muncul seiring dengan kampanye LGBTQ. Ia telah hidup dalam kehidupan budaya populer Jepang, setidak-tidaknya sejak awal abad ke-20.
Dapat dikatakan, kebangkitan anime bergenre yuri sepatutnya dirayakan oleh seluruh otaku dan wibu di dunia, sebagai sebuah renaisans hubungan antarperempuan dalam budaya populer Jepang. Ia tidak melulu harus ditolak sebagai kampanye LGBTQ. Justru, ia setidak-tidaknya perlu dipahami, bahwa yuri, sebagai sebuah genre dalam animanga, tetap eksis dan terus berkembang hingga kini.